Masihkah ada harapan?
Jika direnungkan pertanyaan tersebut memiliki makna yang mendalam. Tahun 2020 merupakan tahun dimana seluruh dunia diuji dengan berbagai persoalan, seperti pandemi COVID-19 dan bencana alam. Pastinya mengorbankan pikiran dan perasaan. Semua orang berusaha dan berjuang untuk bertahan hidup dengan caranya masing-masing. Kerja keras, pengorbanan, penderitaan, kekecewaan, kesedihan, ketakutan, kekhawatiran, kegelisahan, semua itu menyelimuti setiap orang seolah-olah tidak ada lagi pengharapan di dalam hidup.
Saya adalah seorang guru. Bagi saya tahun 2020 merupakan tahun dimana saya harus cepat untuk beradaptasi dengan semua perubahan di dalam sistem pendidikan. Kejadian pada bulan Maret 2020, mengharuskan saya untuk mengajar dari rumah. Banyak tantangan yang harus dihadapi dan persoalan yang membutuhkan solusi yang cepat dan tepat. Tidak punya laptop dan paket data membuat saya harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi berjalannya proses pembelajaran. Ditambah lagi dengan keharusan untuk membiayai pendidikan adik di tingkat perkuliahan, belum lagi dengan kebutuhan lainnya. Namun, hal ini mengajarkan saya untuk terus bersyukur, berjuang, dan bijaksana dalam mengatur keuangan. Meskipun demikian, saya masih memiliki motivasi dan semangat juang yang pantang menyerah karena saya menganggap bahwa di luar sana masih banyak orang yang lebih berkekurangan.
Di dalam kesusahan dan penderitaan sekalipun, manusia pasti perlu sikap untuk berharap kepada Tuhan yang berotoritas dalam kehidupan kita. Bukan hanya berharap saja, melainkan harus berjuang untuk melakukan yang diharapkan. Harapan itu pasti ada di dalam diri seseorang, namun yang menjadi pertanyaan ketika berharap yaitu apa yang sudah saya lakukan untuk memenuhi harapan itu? disitu saya berpikir sejenak, apakah diam saja dan menunggu harapan akan terkabulkan? atau sebaliknya, berusaha untuk mencapai harapan itu. Kemudian, ada hal terpenting yang perlu diketahui yaitu kepada siapa saya menaruh pengharapan tersebut, apakah kepada diri sendiri, keluarga, sahabat, orang lain, atau kepada Tuhan? Sebagai seorang manusia, saya memiliki kehendak bebas untuk memilih. Pilihan tersebut bisa kearah positif maupun negatif, keputusan tersebut kembali lagi kepada saya. Jika harapan diletakkan pada orang lain maupun diri sendiri, maka yang ada hanyalah kesiasiaan yang tidak menghasilkan apapun. Namun berbeda jika pengharapan diletakkan pada Tuhan, maka akan ada masa depan yang menanti di sana.
Di tahun 2020 kita bisa melewati sebagian proses kehidupan yang Tuhan izinkan untuk terjadi. Persoalan yang ada sudah mampu untuk dihadapi dan lihat sekarang kita semua menjadi pribadi yang lebih baik, seperti saling menumbuhkan rasa untuk membantu sesama yang membutuhkan, berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan sesuatu. Meskipun merasa beban hidup ini sulit, saya masih dapat melihat penyertaan dan kesetiaan Tuhan di dalam kehidupan saya. Jadikanlah itu sebagai anugerah dan motivasi kedepannya untuk menjadi pribadi yang jauh lebih tangguh untuk menghadapi tantangan di depan. Harapan kedepannya, bangsa Indonesia bisa terus melestarikan sikap gotong royong dan pandemi dapat segera hilang dari bumi ini. Sehingga semua orang bisa beraktivitas dengan normal kembali.
Untuk merespons harapan itu, maka ada beberapa hal yang perlu untuk dilakukan. Pertama, terus berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa dengan menyampaikan seluruh harapan yang ada. Kedua, membantu orang disekeliling yang membutuhkan bantuan. Ketiga, tetep mengikuti prosedur yang diberikan oleh pemerintah dengan cara menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Dengan ini, saya berpartisipasi agar pandemi segera hilang dari bumi ini. Kiranya setiap harapan yang ada, dapat diusahakan dengan baik sehingga dapat terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H