Lihat ke Halaman Asli

Nurul Mutiara R A

TERVERIFIKASI

Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Nasi Megono, Bentuk Kesederhanaan Masyarakat Pekalongan dalam Sajian Kuliner Lokal

Diperbarui: 17 Februari 2024   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Megono khas Pekalongan (sumber : Blog Prajnavita)

"Ra, di deket kosku ada yang jual Nasi Megono lho, kamu gak kangen apa sama makanan asal daerahmu?" Kata seorang teman sepulang dari kampus.

"Lho, kok tahu kalau Nasi Megono itu kuliner dari kotaku?" Tanyaku

"Lha gak tahu gimana? Wong udah terkenal juga kalau jual nasi Megono berarti penjualnya dari Pekalongan kok. Emang ada po, Megono dari kota lain?"

***

Setiap mendengar kata Megono, saya selalu ingat masa berada di Sekolah Dasar. Saat itu sekitar tahun 2000 ketika harga nasi bungkus masih Rp 1000 dan gorengan Rp 200.

Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, sebungkus nasi Megono hangat selalu menemani saya mengganjal perut. Rasanya nikmat minta ampun. 

Bagi masyarakat Pekalongan, nasi bungkus adalah nasi yang di dalamnya pasti ada Megono. Megono Pekalongan juga berbeda dari megono-megono di kota lain. Lho, bedanya apa, Ra? 

Megono ala Pekalongan terbuat dari cacahan nangka muda yang dimasak bersama parutan kelapa, kecombrang, daun jeruk purut dan bumbu-bumbu lain. Jika baru diangkat dari kukusan, beuhhh, aroma kecombrang begitu kuat menerpa hidung. 

Mulanya, Megono berasal dari Kabupaten Pekalongan. Lalu meluas hingga ke Kota Pekalongan, Batang, Pemalang, Wonosobo, Kendal dan lainnya. 

Megono di tiap kota biasanya akan memiliki bahan utama yang berbeda-beda. Persamaannya, ada campuran parutan kelapa di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline