"Halah, Mbak, masak kayak gitu aja gak bisa. Kamu kan harusnya belajar gak plongo-plongo kayak gitu"
Pernahkah ada seorang guru yang berkata seperti ini di sekolah atau di kelasmu? Jika tidak, maka bersyukurlah. Sebab, karakter guru semacam ini benar-benar membuat stress. Ngeri dampaknya.
Pengalaman mendapat guru dengan karakter demikian pernah aku rasakan ketika SMP dan SMA. Bertemu dengan guru yang punya kebiasaan membuli siswanya yang tak terlalu mahir dalam pelajaran.
Saya memang bukan siswa yang mendapat bulian itu. Pembulian itu dilakukan oleh salah satu guru terhadap teman satu kelas saya. Sebut saja namanya Astri.
Sekilas tentang Astri. Dia termasuk anak yang pandai di bidang olahraga. Kalau main bola basket atau voli, beuhhh, jangan ditanya, jagoan pokoknya. Namun, si Astri ini cukup lemah dalam pelajaran Bahasa Asing.
Nah, salah satu guru yang akan saya ceritakan ini mengampu mata pelajaran Bahasa Asing. Perlu diketahui bahwa sekitar tahun 2010, di SMA masih ada kelas bahasa sehingga tersedia mata pelajaran bahasa asing selain bahasa inggris. Misal Bahasa Perancis atau Bahasa Arab. Kalau sekarang sudah tidak ada, diganti perminatan.
Oke back to the story. Suatu hari, Astri ini mendapat giliran menjawab soal untuk mengubah kalimat yang semula memakai Bahasa Indonesia ke Bahasa Asing, ia tak bisa. Guru saya itu hanya meringis dengan muka yang tak enak dipandang.
Lalu, diberikanlah kesempatan ke siswa lain hingga pada akhirnya ada yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian, guru saya ini nyeletuk,
"Masak jawab soal semudah itu aja gak bisa. Kalian cuma bisanya plonga-plongo, ketip ketip gak jelas. Sebenarnya kalian itu tiap hari belajar apa sih?" kata guru saya dengan nada tinggi dan setengah mengejek.
Anak-anak di kelas hanya diam membisu. Saya dan lainnya hanya mendengarkan celoteh beliau panjang kali lebar. Esoknya, cerita 'ketidakmampuan' Astri menjawab soal itu sudah sampai ke ruang guru dan kelas-kelas lainnya.