Lihat ke Halaman Asli

Nurul Mutiara R A

TERVERIFIKASI

Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Ada Apa dengan Waluh Kukus yang Pernah Viral di Twitter?

Diperbarui: 9 Juni 2023   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buah waluh yang biasa dipakai untuk kolak santan (dokumentasi pribadi) 

Siapa tak kenal waluh, buah yang biasa dipakai untuk membuat kolak kala ramadan ini memiliki rasa yang empuk dan manis. Namun siapa sangka, dibalik rasa manisnya, waluh pernah viral di twitter beberapa waktu lalu. 

Ini cerita tentang waluh dan potret kemiskinan

Semua bermula ketika seorang netizen twitter bernama Ainay bercerita mengenai pengalaman pahit dan sedihnya perihal waluh. Pengalaman tersebut mengukir traumatis tersendiri lantaran berhubungan dengan ibunya.

Kala itu bulan ramadan. Setiap selesai sholat Tarawih biasanya akan ada tadarus rutin yang dilakukan oleh warga. Nah tiap tadarus biasanya ada orang yang bersedekah makanan untuk orang-orang yang ngaji.

Ainay waktu itu masih anak-anak, dia mengatakan sekitar kelas 4 SD. Sebelum berangkat mengaji ke mushola, ibu Ainay sempat menitipkan baskom berisi waluh kukus pada Ainay. Kata si ibu, itu takjil yang harus diberikan ke mushola untuk teman makan orang tadarus.

Sebagai keluarga tak berpunya, Ainay sadar bahwa waluh adalah bahan satu-satunya yang bisa ibunya suguhkan. Ia tak berpikir panjang dan segera meletakkan baskom berisi waluh di antara makanan yang lain. Hingga beberapa saat, Yati, salah satu anak menatap isi baskom dan nyeletuk. 

"Hi panganan opo iki? Mosok koyok ta*k ngene dikekno uwong?"
(Hi, makanan apaan nih? Masa bentuk kek ta* gini dikasih ke orang?)

Ainay sempat marah pada Yati karena mengatakan hal yang cukup mengganggu. Namun karena Yati lebih senior dan punya geng, jadi ia hanya bisa diam ketika diolok-olok soal sifat pemarahnya lantaran mencela waluh kukus di baskom. 

Bagian menyedihkan bagi Ainay adalah waluh kukus yang sudah ibunya siapkan masih banyak. Hanya beberapa orang saja yang mengambilnya. Selesai mengaji, Ainay lantas membawa baskom itu kembali dengan rasa khawatir. 

Ia khawatir bahwa ibunya akan kecewa atau sedih karena waluh kukus yang disiapkan ternyata tak ada yang mau. Padahal, saat memberikan ke Ainay, ibunya terlihat begitu semangat, berharap waluh kukus itu disukai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline