Lihat ke Halaman Asli

Nurul Mutiara R A

TERVERIFIKASI

Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Bila Orangtua Toksik, ke Mana Anak Harus Kembali?

Diperbarui: 16 Maret 2021   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : Pixabay

"Bila Orangtua Toksik, Kemana Anak Harus Kembali?"

Seorang anak diberitakan melaporkan ibunya ke polisi karena masalah sepele, yakni membuang baju miliknya. Namun, setelah diselisik mendalam, ternyata poin utama pelaporan lebih pada tindakan si ibu yang berani memukul serta selingkuh di dalam rumah bukan masalah membuang baju seperti yang sering digaungkan.

***

Siapa yang sudah mendengar berita di atas? Saya yakin beberapa dari pembaca pernah melihatnya di layar kaca maupun media online. Awalnya saya tak terlalu peduli lantaran itu merupakan kasus yang seharusnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Hanya saja, ketika saya mengetahui alasan logis si anak melaporkan ibunya, hati saya jadi greget bukan main.

Saya kemudian mulai membaca perlahan tiap informasi yang disajikan oleh beberapa media. Tentu saja, demi mendapatkan informasi terbaru dan mendetail. Hal paling menarik tentunya pada bagian komentar yang dibanjiri persepsi dari netizen.

Ada yang membela si anak karena ia tidak bersalah, tetapi tak sedikit pula yang menghujat, mengatai si anak durhaka sebab berani melawan ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya.

Dari komentar-komentar hujatan itu, lalu muncul pertanyaan di benak saya. Apakah jika orangtua kita toksik, katakanlah melakukan kekerasan fisik atau mengatai dengan kalimat tak pantas, kita harus diam saja? Ah, bagi saya pribadi jawabannya tidak.

Sebagai anak yang lahir dari sosok ibu keras dan belum memiliki kedewasaan yang cukup, saya memahami apa yang si anak lakukan. Bagi saya, asal itu demi kebaikan bersama, memberi shock therapy pada orangtua yang toksik itu perlu. Apalagi bila orangtua sudah melakukan tindak kekerasan hingga masuk kategori kriminal. Diam saja tentu bukan suatu pilihan.

Siapapun mungkin setuju bahwa rumah merupakan tempat bagi tiap orang untuk kembali, termasuk bagi seorang anak yang telah lama merantau ke kota lain. Wajar bila rumah disebut sebagai "Home Sweet Home", sebab berada di dalamnya, diharapkan ada cinta yang mampu menghidupkan semangat dan kebahagiaan.

Ketika mengatakan rumah, pasti yang terbesit bukan hanya bentuk fisik bangunannya saja tetapi juga anggota keluarga yang mendiaminya. Entah itu ayah, Ibu, kakek, nenek, dan saudara kandung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline