Lihat ke Halaman Asli

Nurul Mutiara R A

TERVERIFIKASI

Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Menjadikan Rumah sebagai Impian yang Direalisasikan

Diperbarui: 12 Agustus 2020   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : bantenhits.com

Memiliki rumah pertama itu impian. Apalagi ketika itu didapatkan dari hasil keringat sendiri yang telah ditabung selama bertahun-tahun. Ada rasa bangga dan haru tersirat ketika menyaksikan rumah yang dibeli berada di depan mata.

Seorang kawan melalui facebook memposting  sebuah achievement setelah membeli rumah menggunakan tabungannya selama bertahun-tahun. Dia mengatakan bahwa untuk mendapatkan rumah tersebut, diperlukan ketelatenan luar biasa seperti riset lokasi, bahan hingga harga properti. Sebab, ia mengaku termasuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum stabil secara finansial. Dengan kondisi tersebut, kecocokan harga di pasaran dengan kriteria budget yang dimiliki sangat berpengaruh.

Pada bagian akhir postingan, kawan facebook itu mengucap syukur lantas mengajak teman-teman satu mutual untuk menyisihkan sebagian dana yang dimiliki supaya mampu mewujudkan rumah impian pertama sebelum menikah. Paling tidak mampu menyipkan setengah dana yang dibutuhkan agar bisa dijadikan uang muka KPR untuk pembelian perumahan secara kredit.

Para mutual mengamini itu, mereka menyambut postitif ajakan kawan facebook tersebut melalui komentar. Toh pada kenyataannya, rumah menjadi aset paling utama yang harus dimiliki sebelum memiliki aset berharga lainnya, apalagi bagi generasi milenial.

Memasuki usia dewasa kebutuhan akan rumah menjadi hal utama. Apalagi ketika menuju jenjang pernikahan. Memiliki rumah mau tak mau harus menjadi daftar pertama yang dicoret selain kebutuhan-kebutuhan primer.

Bicara mengenai impian memiliki rumah, pada kenyataannya, saya termasuk orang yang pernah merasakan pahit getirnya tinggal di rumah petak dengan ukuran 5 x 7 meter bersama orangtua dan 5 bersaudara. Bayangkan, dengan jumlah anggota keluarga 8 orang, kami harus hidup di dalam rumah tersebut selama 10 tahun. Tentu saja kemudian itu membuat saya merasa tergugah dan berkeinginan menjadikan rumah sebagai impian pertama yang harus direalisasikan.

Pada akhirnya, ungkapan rumahku surgaku yang sering didengungkan banyak orang tak berlaku bagi anggota keluarga Saya, sebab kami tak mendapati suasana nyaman selama hampir 15 tahun tinggal dirumah petak kecil yang bukan milik sendiri.

Pernah memiliki pengalaman pahit perihal tempat tinggal membuat saya berkeinginan memiliki rumah pertama sebelum memasuki jenjang pernikahan. Seperti kawan facebook yang dengan bahagia memposting rumah barunya, saya juga berniat mewujudkan itu sebagai aset utama selain uang atau barang.

Saya bersyukur Bapak mampu merealisasikan rumah pertama di tahun 2005 lalu. Sebuah rumah kecil tipe 36 dengan 2 kamar tidur yang sudah cukup bagi kami untuk tinggal. Rumah tersebut dibeli dengan bunga KPR rendah dan mampu dilunasi dalam jangka waktu 10 tahun, tahun 2015. Saya dan keluarga merasa bahagia kala itu.

Hanya saja, selama kurang lebih 2 tahun ini kami harus mengungsi sementara ke perumahan dinas karena rumah yang bapak beli terkena banjir Rob atau banjir luapan air laut. Ya, bapak membeli di wilayah pesisir yang pada waktu itu memiliki lokasi strategis dan tak pernah kebanjiran. Namun 7 tahun terakhir ini ternyata Rob mencapai perumahan kami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline