Semua tentang Sate Ratu
Kamu suka wisata kuliner? Sama, saya juga. Lantas sudah berapa kuliner yang kamu cicipi dan dimana aja? Nah, kalau kamu emang pecinta kuliner sejati, tidak ada salahnya kalau mampir ke kota Jogja dan mengenal beberapa kuliner yang ada di kota gudeg ini. Kota Jogja dikenal wisatawan bukan hanya dari budayanya yang kental atau wisata alamnya, namun juga karena beragam kuliner yang tersedia didalamnya.
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat jalan-jalan kuliner bersama teman-teman Kompasianer jogja, ke salah satu kedai kuliner sate bernama Sate Ratu. Kedai tersebut terletak cukup strategis karena berada di Jogja Paradise Foodcourt---salah satu lokasi khusus untuk menjual berbagai kuliner. So, untuk menjangkaunya, kamu tidak akan mengalami kesulitan karena lokasinya yang dekat dengan jalan raya.
Berbicara tentang Sate Ratu, hmm pastinya penasaran kan kenapa bernama Sate Ratu. Apa pemiliknya keturunan ratu? Tidak. Apa yang membeli para Ratu? Haha tidak juga. Well, lalu kenapa dinamakan Sate Ratu? Oke baiklah. Saya akan bercerita sedikit mengenai sejarah kedai ini mengapa bernama Sate Ratu.
Kedai Sate Ratu merupakan tempat jajan kuliner yang dimiliki sepasang suami istri asal Jogja. Mereka adalah Budi Seputro dan istrinya Maria Watampone. Nah menurut Bapak Budi selaku owner, asal muasal dinamakan Ratu karena istilah tersebut memiliki kesan jawa (Njawani, tradisional) namun memunculkan kesan kasta tinggi (High level). Awalnya, usaha ini merupakan angkringan. Tepatnya bernama Angkringan Ratu. Angkringan Ratu berusaha memproduksi berbagai makanan hasil olahan sendiri, termasuk sekitar puluhan sate yang dijual.
Nah, dalam perkembangannya, Pak Budi merasa kesulitan dengan idealisme bahwa sate harus diproduksi sendiri, sehingga melalui berbagai pertimbangan, beliau akhirnya memilih untuk membuka kedai sate dengan 2 produk unggulan yakni Sate Merah dan Sate Lilit basah, meskipun ada 1 produk lagi yakni ceker tugel.
Oh iya. Kalau kamu berkunjung ke kedai Sate Ratu, kamu akan menemukan Sate Lilit dalam bentuk persegi, jadi bukan lagi dalam bentuk tusukan ya gaes. Why? Ya, dalam proses pembuatannya, ternyata pak Budi mengalami kesulitan jika jumlah sate yang dipesan banyak dan harus menusuknya satu persatu. Dengan adanya permasalahan tersebut, akhirnya sate lilit dimodifikasi menjadi Lilit Basah, yakni dengan cara dicetak berbentuk persegi. Perubahan itu telah memudahkan beliau dalam penyajian yang tentunya tak merubah cita rasa yang ada.
Ketika pertama kali saya berkunjung ke Kedai Sate Ratu, saya menemukan sentuhan tradisional dengan dekorasi unik di setiap dindingnya. Terdapat sebuah peta dunia, beberapa bingkai foto berisi penghargaan dan coretan-coretan di dinding seperti tanda tangan dan testimoni dari pelanggan yang datang. Saya penasaran dengan itu, terutama mengenai coretan-coretan di dinding. Pada akhirnya rasa penasaran saya pun terjawab melalui penjelasan Pak budi.
Coretan-coretan tersebut merupakan tanda dari para pelanggan bahwa mereka pernah berkunjung ke tempat tersebut. Ya, ini berkaitan dengan pelanggan beliau yang sebagian besar merupakan wisatawan asing. Beliau memang tak pernah menyangka bahwa segmentasi pasar produk Sate Ratu ini berubah dari pelanggan domestik ke pelanggan Asing.
Saat ini sudah ada sekitar 60 lebih negara, asal wisatawan asing yang berkunjung dan menikmati hidangan di Kedai Sate Ratu. Bahkan, ada beberapa wisatawan yang berasal dari negara yang jarang diekspos seperti Aruba. Sudah tahukah kamu mengenai Aruba? Kalau belum cari sendiri via google ya hehe
Well, bagi saya ada pertanyaan yang cukup menarik terkait Aruba dan Sate Ratu. Kok bisa mereka sampai tahu mengenai tempat ini? Hmm, mungkin kamu memiliki pertanyaan yang sama. Pak Budi juga beberapa kali menjelaskan bahwa promo yang dilakukan masih menggunakan medsos terutama instagram. Hanya saja bagi beliau, promo melalui kepuasaan konsumen menjadi hal yang utama. Mungkin itulah sebabnya wisatawan asal Aruba bisa mengetahui informasi tentang Sate Ratu. Selain, mendapatkannya dari media sosial juga melalui pelanggan yang pernah datang.