Lihat ke Halaman Asli

Siapkan Guru Mengajar di Tengah "Badai"

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan sebagai usaha mendewasakan dan mengembangkan potensi peserta didik harus senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Tidak bisa dipungkiri, zaman selalu berubah, begitu juga pola pikir peserta didik. Pendidikan senantiasa dituntut agar sesuai dengan realitas yang ada. Kondisi zaman akan memberikan tantangan tersendiri terhadap semua elemen pendidikan terkait. Diantara peran penting dalam proses pendidikan adalah adanya kurikulum, pendidik dan peserta didik. Kurikulum, pendidik dan peserta didik sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum sebagai landasan dasar para pendidik dalam menyampaikan materi dituntut untuk senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, kurikulum yang ada diharapkan menyentuh pada realitas masyarakat sekitar, sehingga mampu menghasilkan manusia yang utuh dan berguna bagi lingkungan. Terkait pendidikan kita, kurikulum yang sekarang dipakai di Indonesia ini masih terkesan mengambang. Kurikulum hanya mampu menghasilkan manusia-manusia penghafal rumus atau dalil, akan tetapi minim kreativitas terhadap lingkungan sekitar. Pendidikan kita ini menjadi pendidikan Anti Realitas (Musa Asy’ari, 2002). Sebagai contoh adalah guru geografi di salah satu sekolah di Yogyakarta, beliau mengatakan bahwa pelajaran yang di dapat sewaktu di bangku kuliah ternyata berbeda dengan kenyataan yang ada di lapangan. Teori-teori yang kita dapat di bangku sekolah ternyata “muntah” terhadap realitas yang ada. Seorang yang berpendidikan tinggi sekalipun akan menemui kendala-kendala ketidak cocokan antara kurikulum dengan realitas yang ada. Permasalahan kurikulum ini tentu akan menjadi pekerjaan rumah kita semua yang masuk dalam elemen pendidikan.

Berangkat dari kurikulum yang masih mengambang, tentunya kita mengharapkan seorang pendidik mampu menyempurnakan dengan metode dan strategi pembelajarannya. Berbicara masalah pendidik membuat kita mengelus dada. Realitas pendidik di indonesia yang benar-benar bisa dianggap mumpuni jumlahnya dapat “dihitung dengan jari”. Kenyataan yang sungguh membuat kita makin sedih dengan kondisi pendidikan saat ini. Program pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas guru ternyata menjadi salah sasaran. Kini, guru-guru berbondong-bondong mengikuti pelatihan ujian sertifikasi agar mendapatkan gaji dua kali lipat. Fakta di lapangan membuktikan adanya dis-orientasi para guru dalam mengikuti program sertifikasi. Sertifikasi seolah-olah hanya dijadikan ajang peningkatan gaji guru, dimana guru akan mendpatkan gaji dua kali lipat dari gaji pokoknya.

Permasalahan lain terkait dengan metode dan strategi pembelajaran, dalam mengajar seorang guru mestinya dapat mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan kondisi lingkungan. Metode dan strategi pembelajaran merupakan pekerjaan rumah bagi pendidik untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif dan menarik. Metode dan strategi pembelajaran harus senantiasa berubah atau sedikit dimodifikasi, sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton dan klasikal. Pembelajaran yang monoton dan klasikal merupakan cara mengajar konservatif yang sampai sekarang masih tetap ada. Cara mengajar guru klasik masih banyak kita temui di kampus atau sekolah-sekolah. Tipikal guru klasik adalah menganggap dirinya sebagai pusat pengetahuan, tidak suka dikritik dan menganggap pemikirannnya yang paling benar. Guru-guru seperti ini akan membunuh kebebasan berfikir peserta didik sehingga potensi-potensi yang ada tidak akan berkembang.

Peserta didik sebagai objek pendidikan juga mempunyai peran penting terhadap keberhasilan pendidikan. Salah satunya adalah peranannya sebagai sasaran kurikulum sehingga kurikulum dapat menyesuaikan dengan kebutuhan bagi peserta didik. Kurikulum harus dibedakan ketika sasaran yang dihadapinya berbeda kondisinya. Semangat belajar peserta didik biasanya menurun ketika berhadapan dengan materi pelajaran yang dianggapnya tidak menarik, meskipun menarik dan tidaknya pelajaran itu tergantung penyampaian pendidiknya. Akan tetapi, pendidik sendiri sering berdalih bahwasannya tidak menariknya itu disebabkan tuntutan dari kurikulum pendidikan.

Menangani Problem Belajar

Proses belajar mengajar di sekolah seharusnya mampu menjadi sebuah tempat yang menarik. Pembelajaran seperti ini belum banyak kita jumpai di sekolah. Murid yang rajin berangkat ke sekolah belum tentu karena minat akan belajarnya yang tinggi. Belajar di sekolah seolah menjadi momok bagi para murid. Sehingga murid berangkat ke sekolah hanya sebatas menyelesaikan tuntutan dari orang tua, bukan semata-mata untuk belajar. Murid ke sekolah hanya akan dipenuhi tekanan demi tekanan. Sehingga pada puncaknya luapan tekanan akan diwujudkan dalam sebuah tindakan yang tidak bermanfaat.

Murid yang merasa malas belajar adalah bukan kesalahan dirinya. Melainkan kesalahan para guru atau orang tuanya. Seorang anak bagaikan sebuah kertas putih yang bebas untuk diberi warna dan tulisan. Apabila orang tua atau guru memberi tulisan dan warna yang menarik, maka jadinya pun akan menarik. Semuanya tergantung pada proses yang diberikan guru dan orang tua kepada anak didiknya. Dalam kasus yang seperti ini, guru sebagai orang tua yang kedua bagi murid adalah yang bertanggungjawab akan keberhasilannya. Guru seharusnya mengenal muridnya dengan jeli dan mendalam. Setiap murid adlah seorang individu yang unik dan mempunyai kelebihan yang berbeda-beda. Guru haruslah mengakomodir semua kecerdasan murid untuk dikembangkan. Seorang murid yang mempunyai kecerdasan visual spasial harus mendapatkan penanganan yang berbeda dengan mereka yang mempunyai kecerdasan musikal. Seandainya murid mendapatkan penanganan yang tepat dalam belajar, maka tiap murid adalah pemenang dibidangnya masing-masing.

Apapun kurikulumnya, Guru adalah ukurannya

Dunia pendidikan di Indonesia seperti diguncang ombak yang besar. Menteri pendidikan M. Nuh telah memutuskan akan diterpakannya kurikulum baru bulan juli mendatang. Gagasan pembaharuan ini bukanlah menjadi masalah bagi sebagian guru yang suka dengan tantangan. Justru dengan adanya kurikulum yang baru ini, guru akan lebih banyak memberikan wawasan keilmuannya. Guru bebas mengintegrasi dan menginterkoneksi mata pelajarannya dengan mata pelajaran lain yang terkait. Memberikan banyak wawasan terhadap murid-muridnya merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi guru yang suka akan tantangan.

Akan lain ceritanya jika guru tidak mampu untuk diajak berkembang dalam kurikulum yang baru ini. Para murid akan semakin terpuruk dan tertekan dengan penjelasan guru yang berbelit-belit. Keberhasilan sebuah kurikulum adalah tergantung pada kualitas guru yang mengampunya. Jika para guru telah mendapatkan bekal yang cukup untuk mengajar maka hasilnya kan sangat memuaskan. Akan tetapi jika gurunya tidak cukup bekal, maka nasibnya kurikulum 2013 hanyalah akan menjadi dokumen usang ditahun mnedatang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline