Lihat ke Halaman Asli

Mutiara Margaretha Yaletha

makhluk hidup yang menempati sepetak tanah

Antrean Panjang dan Kuliner Maulid

Diperbarui: 16 September 2024   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi: foto diambil oleh salsa (16/09/2024)

Pada 14 September, ayah saya mengundang saya dan teman-teman di asrama untuk menghadiri acara Maulid di Masjid Annimah yang terletak di Jalan Raya Fatmawati. Senin, 16 September 2024, bertepatan dengan hari Maulid Nabi Muhammad SAW dan juga merupakan tanggal merah, sehingga semua kegiatan perkuliahan ditiadakan. Saya dan teman-teman sekamar pun bersiap untuk memenuhi undangan tersebut.

Masjid Annimah adalah masjid besar yang terletak di pinggir jalan dan sering menjadi tempat singgah bus sekolah di Jakarta. Ayah saya terlibat dalam panitia Maulid dan bertugas mengatur kendaraan jamaah. Ia meminta agar kami datang tepat pukul 7 pagi, namun karena kami terlalu santai, kami tiba di masjid pada pukul 07.45 pagi.

Kami berempat menggunakan angkutan umum yang baik hati mengantarkan kami hingga depan gerbang masjid. Setibanya di sana, salah satu teman ayah mengarahkan kami untuk ikut mengantre bersama jamaah lainnya. Ternyata antreannya sangat panjang, mungkin sekitar 500 meter. Berdasarkan info dari ibu-ibu yang mengantre di depan kami, antrean ini disebabkan oleh pembagian sembako.

Kami mengantre sambil berfoto dan membuat video pendek, bersama puluhan jamaah lain sambil berpanas-panasan. Saat kami hampir sampai di area duduk jamaah perempuan, salah satu panitia mendekati barisan kami dan mengatakan, "Maaf, tempat duduk untuk jamaah akhwat sudah penuh." Kami berempat terkejut mendengar hal ini. Akhirnya, kami memutuskan untuk membeli somay di samping masjid dan menikmatinya di halte yang tidak jauh dari masjid.

Setelah makan somay, saya memutuskan untuk memberi tahu ayah tentang situasi kami. Saya melaporkannya dengan sedikit dilebih-lebihkan sehingga ayah saya memutuskan untuk bertemu dan memberikan kotak snack kepada kami. Kami kemudian mengobrol ringan dan berfoto bersama ayah. Ia juga memberikan batagor dan uang untuk transportasi pulang ke asrama.

"Masa ada ibu-ibu yang sudah dapat sembako tapi langsung pulang, mereka ga ikut kajian dulu tuh," aduku pada ayah.

"Begitulah kelakuan umat Islam yang nakal," jawabnya.

"Banyak dari mereka yang ayah tidak kenal, mereka datang jauh-jauh hanya untuk antre sembako, bukan untuk Maulid," tambahnya, membuat ketiga teman saya tertawa.

"Kirain dengan punya orang dalam akan lebih mudah masuk," keluh saya mengenai antrean panjang yang tidak membuahkan hasil.

"Orang dalamnya saja di luar," canda ayah. "Lagipula ayah sudah bilang untuk datang pagi."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline