Lihat ke Halaman Asli

Pertanyaan Umum Soal "Cinta" (2)

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seperti yang dikatakan di artikel sebelum ini, kali ini saya masih akan tetap membahas mengenai beberapa pertanyaan umum mengenai cinta. Pertanyaan yang belakangan ini marak di kalangan sosial media. Masih ada lima rangkaian pertanyaan lainnya. Selamat membaca.

Mengungkap Fenomena PHP alias Pemberi Harapan Palsu

Belakangan ini marak banget istilah pemberi harapan palsu. Enggak hanya terjadi pada perempuan yang digombali dan dijanjikan macam-macam sama laki-laki, sebaliknya juga begitu. PHP seringkali dianggap merugikan salah satu pihak, tentu saja pihak yang diberi harapan kosong itu. Lalu, sesungguhnya bagaimana sih, sampai bisa ada fenomena pemberi harapan palsu itu?


Kali ini, saya akan mencoba membahas dari salah satu teori bentuk attachment. Sebelumnya, attachment sendiri adalah ikatan emosi antara dua individu. Berangkat dari pengembangan perspektif Bowlby dan Ainsworth, semakin ke sini semakin banyak yang meneliti mengenai bentuk attachment pada umumnya. Basically, menurut pandangan terkini, pola attachment itu dibangun oleh (1) Kondisi self-esteem kita dan (2) Kepercayaan kita pada orang lain.

Nah, orang-orang yang memiliki self esteem tinggi atau positif (betul-betul menghargai dirinya, memiliki penilaian baik pada dirinya sendiri) namun kepercayaan rendah pada orang lain, tergolong tipe dismissing-avoidant dalam hubungannya. Dimana, pada akhirnya mereka lebih memilih untuk menjalin banyak hubungan, namun kebanyakan hubungan itu berjalan singkat. Kenapa? Karena mereka meyakini penilaian dirinya yang positif, sehingga, menurut saya, mereka akan terus berpikir bahwa I could get the one better than this terus menerus. Sampai akhirnya mereka enggak percaya sama orang lain dan mereka akan terus menerus mencari orang yang baru.


Di satu sisi, orang-orang yang biasanya menjadi “korban” tipe di atas, adalah orang yang memiliki self esteem rendah namun kepercayaannya cukup tinggi pada orang lain, atau dikenal dengan preoccupied. Sehingga, mereka biasanya akan dengan mudah percaya pada orang hanya karena diperlakukan baik.

Lalu, bagaimana sampai bisa terjadi fenomena ini?

Tentu saja ini semua terjadi bukan karena satu pihak, melainkan kedua pihak harus ada. Pihak yang tergolong kriteria pertama dan kedua. Karena, ketika hanya ada pihak dismissing avoidant saja, namun tidak ada pihak yang preoccupied, fenomena pemberi harapan palsu enggak bisa terjadi.

So, sekarang kamu-kamu tahu kan, siapa sesungguhnya yang berkontribusi pada fenomena yang lagi marak ini? Bukan hanya si pria atau wanita yang menggombali saja, atau bukan pula hanya pria atau wanita yang terlalu banyak berharap saja, kedua-duanya ikut berkontribusi. Sekarang, tinggal pilih, mau jadi korban atau mau jadi pelaku? Hehe.

Salam Kompasiana Muda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline