Lihat ke Halaman Asli

Perlu Hati yang Lapang Agar Hidup Menjadi Tenang

Diperbarui: 15 Juli 2024   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Buku Hidup ini Lapang, yang Sempit Hati Kita (https://syalmahatpublishing.com)

Buku Hidup ini Lapang, yang Sempit Hati Kita karya Haidar Musyafa merupakan buku motivasi Islam terbitan oleh Syalmahat Publishing pada tahun 2023. Penulis kelahiran Sleman ini sudah menulis dan menerbitkan banyak buku, mulai dari novel-niel biografi, biografi tokoh bangsa, dan buku-buku islami inspiratif yang salah satunya yaitu buku Hidup ini Lapang, yang Sempit Hati Kita ini.

Kehidupan yang sementara ini, seringkali memberikan hal-hal yang tak sesuai keinginan. Kebahagiaan belum tentu membawa tawa, mungkin justru berujung kesedihan yang lama. Beberapa orang bisa saja menganggapnya sebagai angin lalu namun, bagi sebagian orang mungkin akan galau. Terpuruk dan tenggelam dalam persoalan hidupnya. Mereka sangat butuh dorongan dan semangat untuk bisa melanjutkan hidup.

Buku yang berjumlah 232 halaman ini terdiri dari 31 bab yang dikemas secara sederhana. Menyajikan kiat-kiat agar hidup kita terasa lapang dan hati mudah bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt. Perasaan sempit akan menjadi lapang ketika kita berusaha membuka mata hati. Kemudian menerima semua pemberian-Nya dengan ikhlas dan penuh rida.

Sebab hidup ini berjalan tidak dalam kendali kita. Hanya Allah swt. yang memiliki hak mutlak atas hidup yang kita jalani.

“Takdir Tuhan sebagai skenario-Nya bukan untuk dibaca dan ditebak-tebak, tapi hanya untuk dimainkan dengan sebaik-baiknya oleh kita sebagai pemeran utamanya." (halaman 83)

– Haidar Musyafa –

Jika kita senantiasa bersyukur kepada Allah swt. atas segala hal dan bersabar ketika mendapat cobaan tentu kita akan merasa bahwa hidup ini indah. Namun sebaliknya, jika kita jarang bersyukur atas nikmat-Nya, maka hidup akan terasa menyesakkan. Indah tidaknya hidup ini, tergantung bagaimana kita menikmati dan menyikapinya.

“Hidup hanya ada dua sisi yang bergantian menghampiri, kesusahan dan kebahagiaan, kesempitan dan kelapangan, penderitaan dan kesenangan, kegagalan dan kesuksesan. Dari situlah kita belajar untuk menjadi pribadi yang kuat dan tegar.” (halaman 210)

– Haidar Musyafa –

Sebagai manusia, kita tentu memiliki perasaan sedih dan kecewa. Terlebih lagi jika usaha yang sudah kita lakukan secara maksimal justru menghasilkan kekecewaan. Saban hari kita berdoa kepada Allah swt. tetapi yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Sehingga, kita merasa hidup makin sempit. Semua yang kita harapkan dan mimpikan sejak lama tidak kunjung terwujud juga. Lalu, pantaskah kita sedih dan menyalahkan Allah?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline