[Sate Pikua Urang Minang]
Saya orang Minang tapi tinggal dan dibesarkan di rantau orang, bukan negeri sendiri. Melalui sebuah event kesejarahan yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Departemen Ilmu Sejarah Universitas Andalas, Saya berkesempatan untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi Urang Minang yang tinggal di Minang. Event tersebut bernama Ekspedisi Sejarah yang dilaksanakan selama tiga hari pada bulan November lalu. Selama tiga hari tersebut saya dapat mengeksplorasi salah satu Nagari yang ada di tanah Minangkabau, yaitu Nagari Koto Tuo Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Ada begitu banyak hal-hal yang tidak saya temui diperantauan. Salah satunya ialah Sate Pikul. Siapa yang tak kenal sate, kuliner khas Nusantara yang berupa potongan daging yang dibakar dan disajikan bersama ketupat dan kuah sate. Di Minangkabau sendiri saya bertemu dengan penjual sate yang cukup unik, mungkin bagi sebagian orang Minangkabau sudah lazim dengan yang namanya Sate Pikul atau Sate Pikua ini. Sate ini dijual bukan dengan menggunakan gerobak ataupun sepeda motor, namun dipikul di atas pundak si penjualnya. Sate ini dijual secara berkeliling dengan cara membawa dua keranjang anyaman bambu berkaki empat yang diikat di kedua ujung bilah bambu. Empat kaki keranjang anyaman bambu berfungsi sebagai penyeimbang pikulan ketika didirikan.
Tak cukup sampai di situ, sebuah keunikan yang diajarkan oleh bapak penjual sate kepada kami kaum muda. Beliau mengajarkan kami cara menyendok kuah sate dengan menggunakan lipatan daun pisang yang dibentuk menyerupai sudu. Cara ini adalah salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Minang dalam menikmati hidangan Sate. Kuah sate panas yang disendok dengan lipatan daun pisang menambah kaharuman dan cita rasa yang unik di dalam mulut.
Sate Pikua adalah satu dari banyaknya kearifan lokal Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan. Keunikan dan nilai budaya yang terkandung dalam tiap-tiap objek budaya harus diapresiasi dan dipublikasikan agar dunia tahu bagaimana Indahnya budaya Indonesia. Publikasi seperti ini adalah salah satu cara yang dapat dilakukan masyarakat Indonesia khususnya generasi muda dalam menjaga budaya dan kearifan lokal kepunyaan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H