Bobbi DePorter dan Mike Hernacki menjelaskan bahwa tipologi belajar adalah metode yang dipakai untuk mempermudah proses pembelajaran serta bagaimana siswa menangkap, mengatur, dan mengolah informasi tersebut. Sedangkan menurut Hamzah, seperti yang dikutip dalam Yusri (2017), terdapat beberapa jenis gaya belajar yang dapat diperhatikan dan mungkin diadopsi jika sesuai dengan preferensi kita. Beberapa di antaranya mencakup gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Tipologi berasal dari kata dasar "Tipo" dan "Logi," yang masing-masing merujuk pada "tipe" dan "logos." Tipe digunakan untuk menggambarkan gaya atau model, sementara Logos mengacu pada ilmu. Dengan demikian, tipologi merupakan pengetahuan yang bertujuan mengelompokkan manusia berdasarkan faktor-faktor seperti karakteristik fisik, psikologis, pengaruh dominan, nilai budaya, dan aspek lainnya.
1. Macam-macam Tipologi Belajar
- Belajar Isyarat: Proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Contohnya seperti Melihat ular atau ulat yang besar menimbulkan rasa jijik, Melihat ular itu merupakan isyarat yang menimbulkan perasaan tertentu.
- Belajar Stimulus-Respon: Belajar tipe ini memberikan respons yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya seperti seorang bayi belajar mengatakan "Mama" jika dilatih berulang-ulang sehingga terjadi hubungan antara stimulus dan respons.
- Belajar Merantaikan: Belajar tipe ini adalah belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Tingkah laku "chaining" dapat merupakan salah satu dari "motor skills".
- Belajar asosiasi verbal (verbal association): Belajar tipe ini adalah belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.
- Belajar membedakan (discrimination): Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.
- Belajar konsep (concept learning): Belajar mengklasifikasikan stimulus atau menempatkan objek-objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. Contonya seperti peserta didik dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya konsep "benda cair" peserta didik dapat menyebutkan contoh-contoh benda cair.
- Belajar memecahkan masalah (problem solving): Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah sehingga berbentuk kaidah yang lebih tinggi (higher order rule).
2. Jenis-jenis Gaya Belajar
a. Visual
Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Beberapa karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar visual, yaitu 1) kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya; 2) memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna; 3) memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik; 4) memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung; 5) terlalu reaktif terhadap suara; 6) sulit mengikuti anjuran secara lisan; dan 7) seringkali salah menginterpretasikan
b. Auditorial
Mengandalkan pendengaran untuk memahami dan mengingatnya. Karakteristik gaya belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar auditorial, yaitu, 1)siswa yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran; 2) memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung; dan 3) memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
c. Kinestetik
Mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Karakteristik gaya belajar seperti ini yang tidak semua individu bisa melakukannya. Karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, yaitu menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, siswa yang memiliki gaya belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
3. Memodifikasi Jenis-jenis Belajar
- Memperbaiki Gaya Belajar Field Dependence
- Tujuan modifikasi gaya belajar ini agar siswa secara berangsur-angsur mau belajar sendiri atau mandiri tidak harus diperintah atau disuruh untuk belajar oleh guru atau oleh orang tua.
- Mempengaruhi Gaya Belajar Receptive
- Tujuan memodifikasi gaya belajar ini agar siswa dalam menerima pelajaran jangan diingat secara detail, tetapi harus diorganisir agar dapat dikenali atau dipahami secara bulat.
- Memperbaiki Gaya Belajar yang Impulsive
- Tujuan memperbaiki gaya belajar ini agar siswa dalam menyerap pelajaran jangan dihafal seluruhnya tetapi harus dipahami.
- Memperbaiki Gaya Belajar Intuitif
- Tujuan memperbaiki gaya belajar ini agar siswa dalam memecahkan atau menjawab permasalahan jangan secara trial and error, tetapi terbiasa untuk menjawab masalah secara sistematis.
4. Cara Mengatasi Perbedaan Individu
- Perbedaan individu, karunia Allah SWT yang karena ada perbedaan tersebut dapat menghasilkan karakter dan kecerdasaan yang luar biasa pada setiap individu. Cara mengatasi perbedaan Individu ialah Guru dapat mengatasi perbedaan yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah dengan berbagai cara, membuat siswa termotivasi dan memiliki niat untuk belajar. Siswa diharapkan tidak mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran jika ada niat dan motivasi belajar selama proses pembelajaran.
- Nini Subini (2012: 44-53) menyatakan bahwa ada beberapa metode untuk menangani perbedaan individual, seperti sistem modul, pembelajaran dengan bantuan komputer (computer assisted instruction), dan pembelajaran langsung. sistem keller, system tugas, dan terprogram (ARCS). Pada dasarnya, setiap orang melakukan proses penanganan dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada karakter mereka. Setelah guru mengetahui bahwa setiap orang berbeda, Langkah yang harus diterapkan merencanakan dan menerapkan program pendidikan yang disesuaikan dengan perbedaan tersebut supaya setiap siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuan dan kecepatan mereka.