Lihat ke Halaman Asli

Anak Gunung Krakatau [I]

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419602711627138695

[caption id="attachment_386270" align="aligncenter" width="700" caption="Fery Jakarta-Lampung"][/caption]

Curcol

Setelah hampir satu setengah tahun ngga pernah ke mana-mana karena punya tujuan lain yaitu menikah dan berkeluarga yang ternyata belum tercapai gw akhirnya jalan-jalan lagi. Pun gw masih berharap dan berdoa serta berusaha bisa menikah di umur yang baru setengah jalan melewati masa 27 tahun. Kalo kata Yusuf di film ‘3 Hari Untuk Selamanya’, “Saat lo umur 27 lo akan membuat sebuah keputusan penting. Karena pada umur itu, pintu-pintu lo untuk segala beragam kemungkinan lagi dibuka sama Allah swt.” Teori umur yang belum dicek kesahihannya sih. Tapi inginnya keputusan penting gw itu adalah menikah. Balik lagi yaa..XD

Gw yang sudah sangat penat seakan ingin lari ke hutan dan belok ke pantai.. (bukan Rangga AADC) sempat punya rencana traveling solo ke negeri impian, tapiii karena punya ibu yang sangat konservatif pun pengertian (gw ngerti ngga boleh buang-buang duit, gw ngerti umur gw udah 27 dan gw sangat ngerti gw harus segera menemukan lalu menentukan pilihan hati dan menikah) rencana tinggalah rencana. Tapi allah swt selalu memberi jalan bagi orang-orang yang bekerja keras untuk mendapatkan keinginannya. Kesempatan itu datang pada tanggal 21-23 November 2014. Setelah tau ibu akan keluar kota selama tanggal tersebut gw pun segera mencari open trip. Tanya sana sini dan voila, dapet info yang memungkinkan gw ikut open trip pasti pergi ke “Anak Gunung Krakatau dan pulau sekitarnya”. Enaknya ikut open trip, semua tau beres kita tinggal lalala aja. Ngga enaknya, hampir ngga ada buat gw yang lagi malas berinisiatif, haha.

Trip ini sudah gw idamkan sejak lama, karena beberapa kali gagal akibat aktivitas vulkanik gunung serta izin yang juga sulit turun. AKHIRNYA, 21-23 November 2014 gw pun ikut open trip, bayar penuh dan tidak berencana mengajak siapapun, hingga tiga hari kemudian terpikir untuk mengundang teman dan ada satu yang terjaring, si Zahra yang juga haus trip XD.

JUMAT

Bagi yang belum tahu “Anak Gunung Krakatau dan Pulau sekitarnya” berada di sekitar Selat Sunda yang lebih dekat dari arah Lampung. Posisi tepatnya ada di barat daya Lampung. Untuk mencapainya, kami harus menuju pelabuhan Merak, naik kapal nyebrang menuju pelabuhan Bakauheni Lampung dan harus menyebrang lagi dengan perahu.

Perjalanan dimulai pada Jumat malam. Zahra yang dalam proses belajar jadi AGHATA (Anak Gahul Jakarta) masih buta sama kota Jakarta dan sekitarnya (padahal gw yang bertahun-tahun di Jakarta aja masih buta juga), mengajak gw pergi bareng dari lokasi terdekat gw yaitu gerbang pintu tol Kebon Jeruk. Datanglah Zahra dari Alam Sutera menuju warung Tekko dekat pintu tol Kebon Jeruk dengan biaya taxi 100rb sekian (tapi gw yakin harga itu terbayar sama trip ini, yekan?!) untuk makan sementara gw masih berjibaku dengan kerjaan dadakan.

Setelah makan dan sholat, jam 7 kami menuju tol Kebon Jeruk untuk naik bis jurusan Merak. Menurut info Bis Primajasa adalah bis AC paling nyaman menuju ke Merak, meskipun begitu gw menemukan bis AC lain yang juga nyaman dan cukupan. Butuh 2 jam dari pintu tol Kebon Jeruk menuju Merak dengan lalu lintas lancar, lain cerita ya kalo macet. Tiba di Merak, langsung bertanya menuju meeting point di Dunkin Donuts. Ini jadi kali kedua gw berada di Merak dan kali pertama Zahra menginjakkan kakinya di tempat yang bernama pelabuhan Merak. Kesan saat gw di Merak adalah gelap, sepi dan penuh manusia galak.

Gw dan Zahra berjalan cepat menuju meeting point di Dunkin Donuts. Tapi saat tiba di sana, Dunkin Donuts sepi, sesepi hatikuh :p belum ada siapapun di jam 9 lewat itu, lalu gw dengan tidak sabar menelepon Eko sang tour leader. Eko masih di jalan. Baiklah kami duduk dan memesan donat. Menunggu, tunggu dan mengantuk sedikit demi sedikit Dunkin Donuts dipenuhi wajah-wajah baru dengan tujuan sama. Baru pada jam 12 lewat, Eko muncul. Ada 36 orang dalam rombongan yang dipimpin Eko, bergegas naik Kapal Fery menuju Lampung. Ini pun kali pertama ke Sumatera dan kali pertama Naik Kapal. Rasanya, biasa aja, haha. Mungkin karena kapal besar dengan laut yang tenang. Ngga dapet tempat duduk nyaman, jadi ngampar dijalanan dalam ruang ber-AC dan di jam-jam terakhir gw malah tidur selonjoran sementara Zahra menjelajah isi kapal.

HAI LAMPUNG…

Jam 4 kami tiba di pelabuhan Bakauheni, Lampung yang sepi, lumayan bersih dan menunggu. Menunggu adalah hal paling gw benci, tapi menunggu dengan sabar selalu berbuah manis, nulis apa ini gw.  Sambil menunggu, ada yang beli jajanan di Indomart terdekat, buang air kecil dan sholat. Satu jam berlalu untuk istirahat, sholat dan makan, kami menuju ke pelataran pelabuhan tempat deretan Angkot kuning berada. Eko, meminta kami naik angkot kuning yang akan diisi 12 orang setiap angkot menuju Dermaga Canti di barat daya Lampung. Selama di angkot, gw tidur dengan mata terbuka-terpejam sambil memandang jendela angkot belakang yang gelap karena hari betulan masih gelap. Langit berangsur terang, sedikit mendung kami tiba di Dermaga Canti setelah satu jam berlalu.

Dari Dermaga Canti, kami diberitahukan akan langsung snorkling, Asyik! Jadi Di Demaga Canti adalah waktu untuk berganti pakaian, makan yang menurut gw ngga perlu (karena makan sesaat sebelum olahraga sama dengan tidak sehat) serta duduk memandangi hamparan laut tenang dengan langit sedikit mendung. Ayo ceraah..ceraah…doa gw berkali-kali.

Agar kegiatan snorkling lebih menyenangkan, butuh snorkel dan fin yang harus gw dan beberapa orang lain sewa sebesar Rp 75.000 untuk dua hari. Setelah semua siap, kami naik perahu. Perahu ukuran sedang yang cukup untuk sekitar 30 orang dengan mesin motor penggerak yang membutuhkan solar atau premium untuk melaju. Perahu terdiri dari bagian bawah dan atas, gw dan Zahra memutuskan duduk di bagian atas. Pemandangan 180 derajat, segar kena angin dan dapat matahari pagi yang masih ragu untuk muncul karena tertutup awan mendung adalah kompensasi yang tak terkira.

[caption id="attachment_386272" align="alignleft" width="300" caption="Salah satu komoditi Pulau Sibeusi"]

14196032302097434300

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline