Lihat ke Halaman Asli

Negeri di Balik Jeruji

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuhan sudah menjebloskan negeri ini di ruang berpilar baja

Pakaian lusuh,

Sengat keringat pun mematikan lalat

Coreng-moreng hati dan pikirannya

Benar-benar sudah tak nampak layak negeri bergelimang harta

*

Tapi, Tuhan

Selusuh-lusuhnya negeri ini,

Secemong-cemongnya isi hati negeri ini,

Ia tetap yang menimangku hingga saat ini

*

Maka, bukan demi balas budi tapi wujud peduli

Ku mohon jangan Kau bawa negeriku ke ruang eksekusi mati

Aku sadar, Tuhan

Dia memang busuk tak terkira

Jujur saja aku juga tak kuat mencium aromanya

Moral harum itu sudah tidak pernah lagi tercium gelagatnya

Luntur, saat kultur molek membunuh kultur luhur

Aku juga tahu betul, Tuhan

Kotor nian negeriku dari sudut dalam hingga luarnya

Tikus itu bukannya berkurang ketika dibasmi

Tapi justru merambah, nggilani

Aku bahkan selalu melek, Tuhan

Saat ku dapati tunas bangsa yang selama ini dijunjung diberi hati

Justru mereka terlihat seperti tunas dari anak bangsa berupa setan raksasa

Ngeri, akan seperti apa rupa negeriku saat nyawaku tak berdenyut lagi

*

Sungguh, Tuhan aku berjuta paham tentang negeri ini

Tapi ku mohon secuil iba-Mu

Tolong jangan jebloskan ia di tombak eksekusi mati

Sebintang memang yang telah menjelma iblis

Tapi masih ada segelintir orang yang tertatih demi ampun, menangis

*

Negeriku di balik jeruji

Saat jutaan syair ku terbangkan pada Ilahi,

Ia justru berlagak sinting, sibuk tertawa sendiri

***

Keyongan Kidul, 16 Oktober 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline