Lihat ke Halaman Asli

Jogja Dicuci

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bahtera mendung telah merapat di tepi Jogja

Berjuta gentong air satu-satu diangkut kuli

Sebelum seluruhnya dihuyur di atas tanah yang menganga kehausan

Ya, musim ini sudah dimulai

Musim ketika aku harus lebih banyak menunduk ketimbang mengutuk

*

Jogjaku dimandikan

Oleh mendung yang dibawa dari laut seberang

Dan satu-satu udaraku terteguk enak

Tepat ketika sang surya mengintip dari balik singgasananya

*

Jogjaku dibersikan

Dan dua-dua tanah itu berjingkrak kecil

Tatkala percik air menggelitiknya geli

Tepat saat gerimis pertama menampakkan rupa

*

Jogjaku dirimbunkan

Dan tiga-tiga pepohon menunduk syukur

Menyesap tiap sedotan air dari Tuhannya

Tepat ketika tanah telah menyisakan tangkapannya

*

Jogjaku disucikan

Dari celetukan yang menyulut api murka

Dari gemeletuk bara yang berceceran di jalan raya

Dari geguyon para lakon yang berakhir sampah

Dari noda rakyat hingga sang raja

*

Ya, musim telah mengganti lembar baru

Saat aku harus lebih banyak menunduk ketimbang mengutuk

***

Keyongan Kidul, 9 November 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline