Lihat ke Halaman Asli

MUTIARA ANGGRAENI TABEO

Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Harapan Mahasiswa Hubungan Internasional terhadap Pemimpin Baru di 2024 bagi Keberlangsungan Politik dan Ekonomi Luar Negeri Indonesia

Diperbarui: 4 April 2024   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.id

Penulis: Mutiara Anggraeni Tabeo

Pilpres 2024  diprediksi akan memberikan warna baru bagi politik dan ekonomi Indonesia ke depannya, termasuk politik dan ekonomi luar negeri. Sebagai mahasiswa Hubungan Internasional yang menaruh minat mendalam pada dinamika dan geopolitik global, Pilpres 2024 menjadi amat penting artinya dalam menentukan arah kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia 5 tahun ke depan. Dan sebagai agent of change yang menyuarakan aspirasi kaum muda, mahasiswa Hubungan Internasional tentunya juga memiliki pandangan dan harapannya sendiri terhadap Pilpres 2024, khususnya terkait masa depan politik dan Ekonomi luar negeri Indonesia. Bagi para mahasiswa jurusan Hubungan Internasional, Pilpres 2024 tentu mengembulkan optimisme tersendiri.

Kita bisa belajar dari pengalaman dua dekade reformasi, bangsa ini tentu mengharapkan figur pemimpin nasional yang benar-benar bersih, berintegritas, dan mengedepankan kepentingan rakyat. Sosok yang tegas dan disiplin, namun tetap rendah hati dan dekat dengan masses. Tentu saja, kredibilitas dan kapabilitas kepemimpinannya juga harus teruji

Tak hanya di level domestik, sosok Presiden dan Wapres haruslah piawai dalam diplomasi global. Mereka dituntut paham seluk-beluk politik internasional dan mampu menjalankan politik luar negeri Indonesia yang lebih bermartabat. Misalnya dengan cara meningkatkan capacity building guna membangun regulasi diplomasi yang lebih responsif.

Sebagai Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) kami sangat mengharapkan dan menekankan urgensi diplomasi ekonomi untuk memperkuat daya saing Indonesia. Kerja sama bilateral dan multilateral yang mengedepankan nation branding dan economic diplomacy menjadi keniscayaan. Berharap muncul kepemimpinan yang visioner guna memajukan poros Maritim Dunia sebagai wujud diplomasi Indonesia yang lebih berdaulat.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan letak geografis strategis, Indonesia sejatinya memiliki potensi luar biasa untuk menjadi kekuatan baru dalam dinamika regional dan global. Apalagi dengan bonus demografi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup impresif beberapa tahun terakhir.

Poros maritim dunia. Letak Indonesia yang strategis menghubungkan Samudera Hindia dan Pasifik menjadikannya sebagai poros maritim dunia potensial. Pemimpin pasca 2024 nanti dituntut mewujudkan ambisi ini dengan mengedepankan diplomasi maritim di kancah regional dan global. Dengan grand strategy berupa optimalisasi diplomasi ekonomi dan penguatan poros maritim tersebut di bawah kepemimpinan visioner, Indonesia akan menjadi kekuatan baru yang disegani. Mampu memainkan peran signifikan dalam dinamika politik dan ekonomi dunia yang sangat kompetitif saat ini

Skema kerja sama bilateral dan multilateral seperti Indonesia-Australia CEPA (skema kerja sama ekonomi yang lebih luas dari sekadar isu perdagangan) dan Regional Comprehensive Economic Partnership(RCEP)  perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk membuka akses pasar produk RI ke berbagai negara. Termasuk memastikan transfer teknologi dan peningkatan kapasitas SDM Indonesia.

Di era hyper-kompetitif saat ini, negara maju sekalipun seperti AS dan China bersaing ketat mengedepankan kepentingan ekonominya lewat skema bilateral, regional, maupun multilateral. Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 dunia tentu tak boleh absen dalam agenda ini. Apalagi, bonus demografi yang kita miliki saat ini merupakan potensi luar biasa sekaligus tantangan serius dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, lewat Pilpres 2024, kami mahasiswa HI berharap lahir pemimpin yang paham urgensi diplomasi ekonomi demi kepentingan nasional, menarik lebih banyak FDI (Investasi asing langsung) lewat skema CEPA, hingga merevitalisasi gerakan Beli Produk Indonesia. Sejumlah terobosan nyata bisa dimulai dari memanfaatkan ajang presidensi G20 tahun ini untuk nation branding dan meningkatkan peran Indonesia dalam rantai pasok global. Serta memastikan agar produk-produk buatan Indonesia semakin diminati dan diekspor ke berbagai negara mitra strategis.

diplomasi Indonesia juga diharap bisa jadi lebih vokal dalam mengedepankan isu-isu global strategis krusial seperti demokrasi, HAM, dan keberlanjutan lingkungan. Selama ini peran RI dinilai masih minor dalam panggung diplomasi global. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia yang secara konstitusional menjunjung tinggi HAM dan demokrasi, Indonesia seharusnya menjadi kekuatan baru dalam advokasi isu-isu strategis tersebut di pentas global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline