Human Security Aspect of Terror: Aksi Tragis 'Pembantaian' Terrorisme di Mozambik
Oleh Mutiara Aisyah Fajariyah
Di tengah gentingnya pandemic Covid-19, kelompok terrorisme ini masih terus melaksanakan aksi terrornya yang mengatasnamakan Jihad. Pembantaian di Mozambik, Afrika Selatan, dilaksanakan sangat tragis. Dengan memenggal 50 kepala dan memutilasi tubuh yang tak segan-segan dilaksanakan di lapangan sepak bola (BBC News Indonesia, 2020).
Kejadian ini dilaporkan kejadian terbaru dan lanjutan dari serangan brutal aksi terorisme di provinsi Cabo Delgado pada 2017 lalu. Kelompok Jihadis tersebut dilaporkan memiliki hubungan dengan ISIS.
Selain melakukan pemenggalan, kelompok Jihadis tersebut juga menembak, membakar, menculik, dan menggerebek rumah-rumah warga khususnya warga desa Nanjaba, dengan terus menyerukan 'Allahu Akbar'. Aksi terrorisme ini berlangsung selama tiga hari dan pemerintah sendiri mulai bergerak tanggal 11 November 2020 ketika salah satu warga melaporkan adanya mayat-mayat di lapangan sepak bola.
Pandangan saya, tentunya peristiwa yang terjadi di Mozambik tersebut menunjukkan bahwa kurangnya rasa toleransi dan paham radikalisme masih tumbuh di tengah masyarakat Mozambik.
Radikalisme sendiri sering kali dikaitkan dengan keagamaan. Bagaimana kelompok masyarakat tersebut sangat 'fanatik' terhadap kepercayaan agamanya, sehingga jika ada sesuatu hal yang di rasa tidak cocok dengan nilai keagamaannya harus segera di ubah. Hal ini dibuktikan dengan aktivitas terrorisme yang dipercayai merupakan Gerakan Jihad yang mengatasnamakan Islam dan bertujuan untuk menegakkan kepemimpinan Islam di wilayah tersebut (Muhammad Taufiq, 2020).
Mozambik sendiri memang memiliki presentase 18,9% untuk penduduk beragama Islam (Kementerian Luar Negeri Indonesia). Aksi terrorisme ini memang ditujukan oleh kelompok Jihadis untuk mengubah dan menjadikan kekhalifahan Islam di negara tersebut.
Berbagai seruan yang menuju pada agama Islam selalu dilontarkan oleh anggota kelompok Jihadis tersebut, seperti halnya "Kami ingin semua orang di negeri ini untuk menjalankan Syariah Islam" "Kami tidak ingin di perintah oleh kaum kafir, kami ingin diperintah oleh Allah" (detikNews, 2020). Kelompok Jihadis tersebut tidak segan-segan menargetkan masyarakat yang bahkan beridentitas sesama Muslim yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka.
Terorisme sendiri merupakan suatu tindakan radikal yang bersumber dari doktrin yang memfokuskan pada kepercayaan manusia. Paham radikalisme menjadi akar dari tumbuhnya tindakan terorisme. Radikalisme sendiri merupakan suatu tindakan yang menginginkan suatu perubahan secara menyeluruh terhadap suatu tatanan ataupun nilai, dengan tindakan kekerasan dan aksi ekstrem (BNPT, hlm.1).
Orang yang percaya akan paham radikalisme ini cenderung bersifat revolusioner, hal ini karena mereka selalu menganggap nilai kepercayaannya pasti benar dan yang lain salah. Aksi terorisme sendiri menargetkan orang-orang biasa yang tidak bersalah. Hal ini bertujuan untuk menciptakan ketakutan dalam pikiran mereka sehingga mereka mulai merasa tidak aman.