Film KKN di Desa Penari telah ramai diperbincangkan oleh khalayak ramai. Setelah viralnya kisah KKN yang terjadi di Desa Penari tersebut di platform Twitter yang ditulis oleh akun anonim @SimpleM81378523, akhirnya cerita itu dibuatkan film yang di sutradarai oleh Awi Suryadi. Sebelum dibuatkan film ternyata cerita ini lebih dulu dibuatkan novel yang telah terbit pada tanggal 16 September 2019 oleh publisher Bukune. KKN di Desa Penari memiliki alur cerita yang cukup relevan dengan kisah kehidupan para mahasiswa, khususnya pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata atau yang lebih dikenal sebagai KKN. Tak hanya itu, dicerita ini juga terdapat bumbu romantisme cinta remaja jaman sekarang sehingga banyak masyarakat muda yang menyukai film tersebut.
Film KKN di Desa Penari itu sendiri adalah film yang bergenre horror yang secara kebetulan baru tayang di bioskop pada tanggal 30 April 2022 ini. Antusias masyarakat terhadap film ini sangatlah besar, terbukti dari banyaknya penonton pada hari pertama ditayangkannya film ini yang mencapai 200 ribu penonton dan mencapai 9,2 juta penonton sampai sampai saat ini dan termasuk pada film yang sangat laris sepanjang masa di Indonesia.
Cerita ini bercerita tentang beberapa mahasiswa/mahasiswi yang sedang menjalankan Kuliah Kerja Nyata atau yang sering disebut KKN lalu mendapatkan berbagai kejadian horror. Selama KKN Ayu dan kawan kawannya di terima oleh Pak Prabu yang ternyata adalah teman dari Mas Ilham kakak laki-laki dari Ayu Awal nya sang Kepala Desa tidak mengijinkan untuk mengadakan KKN di desa tersebut tanpa menyebutkan satu pun alasan. Cerita ini mempunyai tokoh horror ‘jin’ yang disebut Badarawuhi. Badarawuhi ini menempel pada tubuh Widya, yang dari awal saat baru sampai desa sudah mendengar bunyi gamelan dari tengah hutan. Dalam kisah KKN di Desa Penari ini menceritakan tentang “hubungan” dunia gaib contohnya mba buyut yang tinggal di dalam desa tersebut dan juga secara kebetulan bahwa Ayu yang bisa melihat dunia lain.
Badarawuhi ternyata bisa mengelabuhi Bima yang ternyata menyukai Widya untuk membuat sebuah perjanjian. Perjanjian nya adalah jika Bima bisa memberikan sebuah gelang yang ternyata adalah gelang mustika sakti milik Badarawuhi itu kepada Widya jika Bima ingin membuat Widya jatuh hati padanya. Ternyata Badarawuhi juga berhasil membuat Ayu yang jatuh hati pada Bima terperangkap. Jin ini memberikan selendang sakti yang tak akan mampu membuat lelaki manapun menolak wanita yang memakai selendang tersebut, tetapi akibatnya Ayu dan Bima melakukan tidakan yang tak baik di tempat yang dianggap keramat oleh warga sekitar desa tersebut. Konon, di desa ini sering diadakan pertujukan tari untuk jin dihutan yang berguna untuk menghindari berbagai bencana alam. Namun seiring berjalannya waktu, sang penari akan ditumbalkan dan selalu wanita muda yang masih perawan yang dijadikan tumbalnya.
Kisah ini tak hanya bercerita tentang cerita horror ataupun tidak tetapi tentang cara bersikap ditempat atau lingkungan yang baru. Dimana pun kita berada, cara kita bersikap harus diperhatikan. Seperti cara berbicara di depan umum yang harus diperhatikan, terlebih lagi kita sedang tidak berada di tempat asal kita. Jadi, kita harus bisa menjaga tata karma untuk menghargai dan menghormati warga setempat baik yang kasat mata maupun yang tak kasat mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H