Gizi buruk adalah salah satu hal yang menjadi masalah global, termasuk di Indonesia. Pemenuhan gizi yang belum tercukupi baik sejak dalam kandungan hingga bayi lahir dapat menyebabkan terjadinya berbagai masalah kesehatan, baik pada ibu maupun pada bayinya.
Status gizi dan kesehatan ibu serta anak sebagai penentu kualitas sumber daya manusia, semakin jelas dengan adanya bukti bahwa status gizi dan kesehatan ibu pada masa prahamil, saat kehamilannya, dan saat menyusui merupakan periode yang sangat kritis.
Salah satu perhatian SDGs (Sustainable Development Goals) pada sektor kesehatan terdapat pada tujuan menanggulangi kelaparan dan kemiskinan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan.
Selain itu, terdapat dua target yang diharapkan dapat terwujud pada tujuan SDGs yaitu target pertama pada tahun 2030 mengakiri kelaparan dan menjamin akses pangan yang aman, bergizi, dan mencukupi bagi semua orang khususnya masyarakat miskin dan usia rentan seperti bayi.
Sedangkan target kedua yaitu pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia (Depkes RI).
Periode 1000 hari, yaitu 270 hari selama kehamilan ibu dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkan, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi (Gerakan HPHK, 2013).
Gerakan perbaikan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan atau Gerakan 1000 HPK merupakan upaya pemerintah dalam perbaikan gizi anak. Periode ini disebut golden periode atau waktu yang kritis dimana jika tidak dimanfaatkan dengan baik dapat menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen (Menkokesra RI, 2013).
Menurut Menteri Kesehatan istilah 1000 Hari Pertama Kehidupan atau the first thousand days mulai diperkenalkan pada tahun 2010 sejak dicanangkan Gerakan Scalling-up Nutrition di tingkat global. Hal ini merupakan upaya sistematis yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan khususnya pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberikan perhatian khusus kepada ibu hamil sampai anak usia 2 tahun, terutama kebutuhan pangan, kesehatan, dan gizinya.
Dampak dari kekurangan gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah terjadinya stunting. Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 37,2%. Sebanyak 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting yang terjadi karena kurangnya gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya.
Stunting bisa terjadi sebelum dan sesudah kelahiran dan disebabkan oleh asupan gizi yang sangat kurang pada masa kehamilan, pola asuh makan yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan sejalan dengan frekuensi infeksi sehingga dapat menghambat pertumbuhan.