Manfaatkan Momen Ramadan, Untuk Membaca-baca Kembali Koleksi Buku yang Menumpuk di Lemari
Buku terbaik di dunia tentu saja Al Qur'an. Hanya dengan membaca satu huruf saja tanpa mengetahui maknanya maka pembacanya akan mendapatkan pahala. tak heran jika di bulan Ramadan, khotamil qur'an menjadi salah satu target yang di kejar. Ribuan kali membaca Al Qur'an tidak akan bosan begitulah istimewanya kitab suci agama kita, Islam.
Namun, saat sedang haid tentu aktivitas membaca Al Qur'an tidak bisa dilakukan karena hukumnya haram bagi wanita yang sedang haid dan nifas. Maka, mengganti tilawah dengan membaca buku, tentu bukan masalah.
Toleransi pada bulan Ramadan banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga dan perkantoran. Bentuknya bermacam-macam, ada yang dengan masuk lebih siang dan pulang lebih awal. Ada juga yang memberikan waktu istirahat lebih banyak dan mengurangi jumlah jam kerja dan lain sebagainya. Hal itu membuat kita banyak memiliki waktu luang sehingga kita bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk membaca buku. Tidak harus buku religi, membaca buku ilmu pengetahuan umum juga merupakan sesuatu yang baik.
Ketika masih lajang dulu, saya sering membeli buku. Tidak seperti sekarang yang lebih sering beli bawang dan cabe. Buku yang saya miliki cukup beragam, dari terjemahan kitab, buku-buku rujukan mata kuliah, kumpulan cerpen dan juga buku motivasi. Biasanya, ketika buku itu masih baru biasanya saya membacanya sampai selesai untuk kemudian dibiarkan tergeletak menjadi penghuni lemari.
Di bulan Ramadan, saya lebih sering beraktivitas di waktu malam. Agar tidak tidur sepanjang hari, biasanya saya minum kopi setelah makan sahur. Meskipun itu tidak baik tetapi minum kopi membantu mata tetap terjaga dan bisa membaca buku-buku koleksi lama saya.
Untuk Ramadan kali ini, saya memilih dua buku koleksi saya untuk dibaca ulang.
1. Terjemahan matan Jailani dan nazham almaqsud karya K.H. Moch. Anwar
Buku ini membahas ilmu sharaf, yaitu ilmu yang membahas tentang perubahan suku kata dalam bahasa Arab.
Sebenarnya, buku ini sudah bolak balik saya baca, tetapi dulu waktu di pesantren. dan, memang tidak seperti membaca buku novel, buku ini bisa dibilang sama dengan buku pelajaran di sekolah. Jadi untuk membacanya hanya perlu kemauan saja. Soal tamat sampai halaman terakhir, bukan sesuatu yang sulit, tetapi memahaminya yang tidak mudah.