Lihat ke Halaman Asli

Mutia AH

Penikmat Fiksi

Hakikat Hujan

Diperbarui: 20 Februari 2021   01:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

langit runtuhkan hujan
kala lelah menopang mendung menggantung
kilat menyambar hingga permukaan tanah
sebelum pecah di antara awan
menggelegar membelah kehidupan

di bawah langit yang basah
di sudut hati yang tabah
meski jatuh berkali-kali
terus menerus tak kenal menyerah

di ujung mata berembun
pandangan mengabur
teringat matan
meninggalkan kenangan dalam genangan

di bilik kamar sunyi
rindu meratapi diri
menyesali waktu tak terhenti
pada detik paling romantik

di jalan-jalan ibukota
jiwa-jiwa meronta
menghardik mencela
penguasa tak becus mengurus
banjir yang terus menerus

di emperan pertokoan
anak-anak telanjang dada menantang masa
dewasa sebelum waktunya
kala lapar akrab seperti tawa dan kelakar

di antara sederet sambutan
air mengalir
mengikuti jejak takdir terukir
maka Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban

Mutia AH

Ruji, 20 Februari 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline