Lihat ke Halaman Asli

Mutia AH

Penikmat Fiksi

Sekelumit Cerita tentang Puber Kedua

Diperbarui: 24 Desember 2020   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Pixabay

Sudah dari beberapa hari lalu Kompasiana menjadikan puber kedua sebagai topik pilihan. Namun belum satu kalimat pun saya tulis tentang hal tersebut. Bukan tidak tertarik tetapi justru dilema lebih dulu melanda. Di sisi lain ada rasa ketertarikan untuk mengulasnya tetapi butuh keberanian untuk bercerita.

Jujur saja menjawab pertanyaan, pernahkah kamu mengalami puber kedua? Bingung harus menjawab apa. Karena saya sendiri masih belum tahu pasti seperti apa itu puber kedua.

Jika secara medis tidak ada istilah puber kedua. Sementara menurut psikologi puber kedua diistilahkan untuk menyebut   orang dewasa dengan kelakuan seperti remaja yang baru memasuki pubertas. Yang menjadi pertanyaan saya adalah. Apa mungkin seseorang bisa mengalami puber  berkali-kali?

Jika benar puber kedua akan terjadi pada usia 35-40 tahun. Sebagai wanita yang melewati usia tiga puluh lima dan mendekati usia empat puluh maka fenomena ini mungkin terjadi pada diri saya. Jujur ada kekhawatiran di situ. Bagaimana tidak, puber kedua sering dianalogikan pada perilaku menyimpang yang cenderung negatif.

Terlebih lagi setelah membaca sebuah artikel yang menyebutkan bahwa ciri-ciri wanita yang mengalami puber kedua diantaranya adalah kelelahan, haid tidak teratur, jantung berdebar-debar, pusing, sakit kepala, menurunnya tingkat kesuburan, berkurangnya kepadatan tulang, perubahan kadar kolesterol, payudara terasa kencang, sindrom pramenstruasi yang memburuk, vagina kering, dan lebih sering buang air kecil. Lantas bagaimana mengatasinya?

Menurut saya pribadi kenapa puber kedua ini terjadi karena pada usia 35-40 merupakan masa peralihan dari dewasa menjadi tua.  Pada masa ini banyak yang baru mengalami kematangan secara mental dan finansial sehingga ia bisa melakukan apa yang belum pernah dilakukan di masa muda.

Jika waktu muda ia merasa minder mendekati lawan jenis, tetapi kondisinya sekarang jauh berbeda. Membuatnya berani tebar pesona, terlebih ada respon balik dari umpannya.

Namun jika benar puber kedua ini sama seperti masa pubertas pada remaja. Maka seharusnya tidak selamanya hal itu negatif, pasti ada positifnya bukan? Semoga jika saya mengalami puber kedua, perubahan positif yang terjadi. Aamin.

Sebelum membuat tulisan ini, iseng-iseng saya lemparkan pertanyaan pada beberapa teman mengenai puber kedua. Namun hasilnya cukup mengecewakan. Mungkin karena hal ini masuk ranah privasi.

Satu diantaranya menjawab tidak pernah mengalami. Dua orang mengatakan rahasia. Satu mengatakan ia pernah merasakan tetapi entah yang ke berapa karena terlalu sering ia merasa puber, katanya. Sebut saja teman saya ini bernama Juno.

Sebelum Juno mengakhiri ceritanya karena ia menganggap saya tengah mengorek rahasia pribadi. Ia sempat mengatakan bahwa ada sisi negatif dan positif pada seseorang yang mengalami puber kedua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline