Lihat ke Halaman Asli

Mutia AH

Penikmat Fiksi

Sebuah Catatan Terlambat dalam Kelas Menulis Bersama KPB dan KP

Diperbarui: 23 Desember 2020   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar, Ikon grup Menulis Bersama KPB dan Khrisna Pabichara.

Pada kelas pertama dalam pertemuan ketiga, saya mengikuti kegiatan pembelajaran dalam mode diam dan pasif. Namun di kelas kedua pada pertemuan keempat ternyata justru saya serba terlambat. Terlambat absen, terlambat laporan juga terlambat mengerjakan tugas. 

Pada tengah malam, saya baru bisa membaca pesan-pesan di grup KPB dan KP tetapi belum seluruhnya. Namun perlahan sambil menulis akan saya baca lagi pelan-pelan. Meskipun terlambat, alhamdulillah, dengan bantuan Bang Jack akhirnya saya mendapatkan salinan tugas-tugas dan mengerjakannya pada pagi hari. 

Setelah mengerjakan tugas, saya menyempatkan diri untuk berbagi cerita dan menuliskannya di sini. 

Pada pertemuan kali ini pembahasannya adalah Merangsang Gairah Menulis.
Sebuah judul yang terasa 'nganu' menurut saya. Ah, tidak. Sepertinya otak saya saja yang 'nganu' mendengar kata merangsang. Akan tetapi benar, bukankah salah satu ciri-ciri makhluk hidup adalah peka terhadap rangsangan. Jadi menjadi penulis kita memang harus peka terhadap semua hal. Lantas bagaimana jika kita tidak peka? Maka dari itu kepekaan harus dirangsang agar mendapatkan gairah dalam menulis. 

Sebelum masuk kelas, Bang Zaldy Chan, selalu PJ. Beliau membagikan tautan materi pengayaan yaitu Rukun Iman Penulis.

Kesimpulan dari materi pengayaan yang ditulis dalam artikel Rukun Iman Penulis  dalam tangkapan saya adalah sebagai berikut. 

Rukun iman penulis, artinya sebagai penulis kita harus mempunyai keyakinan yang kuat. Sebab dunia tulis menulis ini tidaklah mudah. Ada banyak rintangan dan hambatan yang tentunya memerlukan tekad kuat agar tetap bisa bertahan dan sukses di sana. 

Rukun iman penulis itu menurut guru kita Khrisna Pabichara, ada enam yaitu:

1. Mental
2. Teknik
3. Intelek
4. Rakus membaca
5. Gaul
6. Tabah

Sebagai penulis kita harus mempunyai mental yang kuat. Kuat menghadapi kritikan dan juga pujian. Karena kritikan kerap membuat kita patah semangat terlebih jika kritikan disampaikan dengan pedas dan kasar. 

Mengenai kritikan mengingatkan saya pada awal belajar menulis puisi. Dulu sering saya mengunggah puisi di FB. Siapa sangka banyak menuai pujian. Namun beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seseorang yang yang menurut saya pandai membuat puisi. Akhirat saya putuskan untuk mengikuti kelasnya. Tugas pertama puisi yang saya buat, mendapatkan kritikan pedas. Beliau mengatakan puisiku alay dan lebay. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline