Su
Siang ini begitu terik
Tak ada warna abu di langit biru
Hanya putih terhampar menyilaukan
Di bawah langit yang mana kau berpeluh
menekuri jalanan
Menunggu dan menghantarkan pesanan
Pelanggan yang kau perjuangkan
Namun terkadang memakimu karena sebuah keterlambatan
Panas,
pucuk-pucuk pohon
Terlihat pucat keperakan
Kau masih berjalan menyusuri jalanan beraspal
Sesekali menyeka peluh yang menitik
Lelah tak terkata
terbaca kala bibirmu terbuka, meringis
Letih
Lebur kala kumemanggil
Ayah!
Ruji, 25 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H