Lihat ke Halaman Asli

Mutia Fakhriani

Guru - Mahasiswa

Potensi Ekstrak Daun Gamal (Gliricidia sepium) sebagai Pengendalian Tikus Alami

Diperbarui: 14 Desember 2021   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kolase -- ilustrasi pribadi

Tanaman padi adalah tanaman penghasil karbohidrat bagi sebagian masyarakat dunia. Ini berarti, tanaman padi adalah tanaman yang sangat berperan bagi manusia. Selain itu, hampir 95% penduduknya mengonsumsi beras. Tak heran, banyak penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai petani. Setiap tahunnya para petani bisa memanen hasil tanaman mereka sebanyak dua kali. Bila cuaca sedang tidak bagus dan terdapat gangguan hama terutama hama tikus, para petani hanya bisa memanen maksimal satu kali setahun.

Baru-baru ini beberapa tempat di Indonesia diberitakan mengalami hasil panen padi yang menurun akibat serangan hama tikus, bahkan ada yang sampai gagal panen. Pusdatin Pertanian (2018 dalam Siregar dkk, 2020) mencatat bahwa tikus sawah adalah hama utama tanaman padi dengan tingkat serangan puso tertinggi. Luas serangan tikus sawah di Indonesia sendiri mencapai 66,087 ha/th dengan 1,852 ha diantaranya mengalami puso atau tidak mengeluarkan hasil alias gagal panen. Masalah tersebut tentu dapat berakibat fatal apabila dibiarkan, maka beberapa usaha pengendalian hama tikus pun sudah dilakukan. Namun kebanyakan usaha tersebut dapat mencemari lingkungan karena penggunaan bahan kimia berbahaya sebagai racun tikus. Selain itu racun dari bahan kimia dapat meracuni predator tikus dan hewan lainnya termasuk dapat membahayakan kehidupan manusia. Oleh karena itu diperlukan alternatif pengendali hama tikus dengan bahan ramah lingkungan. Salah satunya yaitu penggunaan metabolit sekunder yang bersifat toksik dan berpotensi sebagai pengendali hama tikus sawah dari tanaman Gliricidia sepium atau dikenal dengan tanaman gamal (Tariq et al., 2019). Maka pada artikel ini akan dibahas lebih lanjut mengenai permasalahan hama tikus serta alternatif pengendaliannya menggunakan bioteknologi khususnya metabolit sekunder  tanaman gamal.

Tujuan dari penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

  1. mengidentifikasi senyawa dicoumural yang terdapat dalam ekstrak daun gamal

  2. metabolit sekunder tanaman Gliricidia sepium sebagai toksik alami penekan jumlah hama tikus pertanian;

  3. menemukan prosedur yang tepat bagaimana cara mengekstraksi, mengolah, dan menggunakan metabolit sekunder tanaman Gliricidia sepium untuk selanjutnya digunakan;

  4. mengidentifikasi dosis yang tepat dan efektif untuk diberikan pada hama tikus pertanian.

Bandicota bengalensis adalah tikus raksasa Asia Selatan yang ukuran tubuhnya bisa mencapai panjang 40 cm (termasuk ekor). Rambutnya berwarna coklat pucat kadang kehitaman. Hewan ini dianggap sebagai hama bagi lahan padi, sereal dan perkebunan di Sru Lanka (Aplin et.al., 2016). Untuk meminimalkan efek dari hama ini, digunakan salah satu tanaman yang dapat bertindak sebagai racun tikus yaitu Gliricidia sepium (Kumari & Kumar, 2020). Gliricidia sepium atau di Indonesia dikenal dengan tanaman gamal, merupakan tanaman polong-polongan yang termasuk ke dalam Famili Fabaceae. 

 Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Roland Bunch di Honduras, dengan menggunakan beberapa potongan kulit kayu Gliricidia sepium yang direbus dalam air dengan menambahankan sekitar 20 pound Jagung. Jagung itu kemudian dibuang ke ladang. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam waktu 1 atau 2 hari ia menemukan beberapa tikus yang mati di ladang hal tersebut terjadi karena racun yang terkandung dalam Gliricida sepium dapat menghancurkan kemampuan darah hewan untuk membeku (Barkelaar, 2011).

Pada beberapa negara, rodentisida terdiri atas tiga komponen, yaitu antikoagulen, antibiotik, dan vitamin D. Kombinasi antara antikoagulen dengan antibiotik dan/atau dengan vitamin D dianggap sangat efektif untuk dijadikan racun tikus. Namun komponen-komponen tersebut sangat beracun bagi tikus dan hewan lain yang memakannya, seperti kucing dan anjing, bahkan bagi manusia yang tidak sengaja terkena racun tikus ini (Seema, Ratnaparkhi., n.d.). Berbeda dari rodentisida yang lain, racun tikus yang dibuat dari ekstrak Gliricidia sepium yang telah difermentasi menghasilkan zat antinutrisi yang tidak membahayakan bagi hewan lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline