Overthinking adalah kebiasaan memikirkan sesuatu hal secara berlebihan dan berulang-ulang. Fase overthinking akan kesulitan fokus dan terjebak dalam lingkaran pikiran yang sulit dihentikan. Oleh sebab itu, dapat menghambat penyelesaian masalah dan bukan untuk mencari solusi jalan keluar.
Sederhananya, overthinking adalah bentuk kecemasan atau kekhawatiran dalam pikiran kita akan suatu hal yang belum terjadi.
Memasuki usia peralihan remaja ke dewasa pada usia 20 tahun, pernahkah kamu mengalami overthinking? Pasti pernahkan overthinking tentang masa depan, harapan orang tua, cinta, karier, dan lain-lain.
Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi. Sosial media berevolusi semakin hari, semakin nyaman digunakan. Kehidupan kita saat ini bergantung pada sosial media. Pastinya diantara kita setidaknya memiliki satu akun media sosial, bahkan lebih dari satu akun.
Menurut data Smarts Insight, pada April 2024 terdapat 5,04 miliar pengguna sosial media di seluruh dunia atau sekitar 62,6% dari populasi manusia di dunia. Indonesia berada di peringkat ke-3 pengguna sosial media terbanyak.
Keseharian kita saat ini dipenuhi dengan sosial media. Rasanya, sulit melepaskan handphone di tangan. Bahkan, di kamar mandi pun kita masih sibuk dengan handphone.
Membandingkan diri dengan orang lain (Social Comparison)
Social comparison adalah proses seseorang menilai hal-hal yang ada pada dirinya dengan orang lain. Menurut studi dari Mussweisler (2006) Social comparison itu otomatis terjadi.
Sosial media hanyalah berisi cuplikan kebahagian dari kehidupan seseorang. Kita mengira hidup orang lain hanya dikelilingi dengan kebahagiaan. Sedangkan, hidup kita berbeda tidak sebahagia itu.
Ketika kita membuka sosial media, maka secara otomatis kita membandingkan diri kita dengan orang lain.
Melihat karier dan pencapaian orang lain yang sudah jauh lebih hebat dari kita. Terkadang sering membuat kita termenung, usia dia belum genap 20 tahun tapi kok bisa sudah memiliki usaha dan tabungan sekian ratus juta, misalnya.