Kreativitas merupakan aspek fundamental dalam perkembangan anak, yang tidak sekadar terbatas pada seni, melainkan mencakup kemampuan berpikir kritis dan inovatif. Kreativitas melibatkan kemampuan menghasilkan ide-ide baru dan orisinal serta menghubungkan konsep-konsep yang berbeda (Sefriyanti & Ibrahim, 2022). Perkembangan kreativitas anak berlangsung secara bertahap sesuai dengan tahapan usia.
Pada masa usia dini (2-5 tahun), anak berada dalam fase eksplorasi di mana mereka belajar melalui permainan dan interaksi lingkungan. Kegiatan seperti menggambar, bermain peran, dan bercerita menjadi kunci penting untuk merangsang imajinasi mereka.
Memasuki usia 5-7 tahun, kompleksitas imajinasi anak mulai berkembang. Mereka mulai menciptakan narasi dan karakter dalam permainan, yang menandakan perkembangan kognitif dan sosial yang signifikan. Pentingnya interaksi sosial dan dukungan orang dewasa dalam tahap ini untuk membantu anak mengeksplorasi dan mengembangkan ide-idenya.
Salah satu media efektif untuk mengembangkan kreativitas adalah melalui menulis puisi. Penelitian menunjukkan bahwa menulis puisi dapat menjadi instrumen penting dalam pengembangan kreativitas siswa. Melalui puisi, anak tidak sekadar belajar struktur bahasa, tetapi juga diajak berpikir imajinatif dan reflektif.
Menulis merupakan puncak keterampilan berbahasa, memungkinkan anak mengekspresikan pengalaman emosional dengan cara yang unik dan personal. Puisi memberi ruang bagi anak untuk mengorganisir perasaan, menciptakan makna, dan mengkomunikasikan ide yang mungkin sulit diungkapkan dengan cara lain (Sa'diyah & Fawzi, 2024).
Pentingnya pengembangan ekspresi diri melalui puisi tidak dapat diabaikan. Proses pembelajaran yang melibatkan puisi dapat memperkaya pengalaman bersastra anak dan membantu mereka memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Pada usia dini, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan kemampuan imajinasi yang luas.
Mereka sering kali memiliki banyak ide dan perasaan yang ingin disampaikan. Namun, tanpa bimbingan yang tepat, anak dapat merasa kesulitan untuk mengekspresikan diri mereka. Oleh karena itu, penting bagi pendidik dan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung ekspresi diri anak. Dengan memberikan panduan praktis dalam menulis puisi, kita dapat membantu anak-anak menemukan suara mereka dan mengekspresikan diri dengan lebih baik.
Lebih dari sekadar ekspresi individual, puisi juga menciptakan koneksi sosial. Ketika anak berbagi puisinya, mereka tidak hanya berlatih berbicara di depan umum, tetapi juga belajar empati dan mendengarkan. Interaksi sosial positif dalam pembelajaran dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan emosional. Proses menulis puisi sendiri merupakan latihan disiplin dan konsistensi.
Penulisan puisi bukan sekadar menghasilkan karya, melainkan berlatih memilih kata tepat, mengolah imajinasi, dan memahami makna di balik setiap kata. Dengan demikian, puisi tidak hanya mengasah keterampilan bahasa, tetapi juga memperkaya pengalaman emosional dan membangun kepercayaan diri anak (Sa'diyah & Fawzi, 2024).
(Nur Malika & Pamadhi, 2022) berpendapat bahwa, "Kreativitas merupakan kunci untuk mengekspresikan setiap nilai emosi yang di dalamnya terdapat cipta, rasa, dan karsa sebagai bentuk aktualisasi diri pada setiap individu." Hal ini menunjukkan bahwa melalui puisi, anak tidak hanya belajar mengekspresikan diri, tetapi juga mengembangkan kepribadian mereka.
Menulis puisi juga dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Saat mereka berhasil menyusun kata-kata menjadi sebuah karya, anak-anak merasakan kepuasan tersendiri. Pengalaman ini dapat memotivasi mereka untuk terus bereksplorasi dan berani mengungkapkan diri (Sefriyanti & Ibrahim, 2022). Dengan demikian, kegiatan menulis puisi menjadi salah satu cara yang efektif untuk memaknai diri dan mengembangkan ekspresi anak.