Lihat ke Halaman Asli

Muthia Zulfa Aini

Mahasiswi Universitas Airlangga Jurusan D4 Destinasi Pariwisata

Lanjut Usia Terlanta: Isu yang Meningkat di Indonesia

Diperbarui: 27 Mei 2024   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Lanjut Usia Terlantar: Isu yang Meningkat di Indonesia


Indonesia, yang dikenal sebagai negara dengan populasi yang sangat besar, kini menghadapi tantangan yang semakin serius yaitu peningkatan jumlah lanjut usia (lansia) yang tidak mendapatkan perawatan atau dukungan yang memadai. Kondisi ini menyebabkan banyak lansia yang terlantar, hidup dalam kesepian, kekurangan kebutuhan dasar, dan minim akses terhadap layanan kesehatan. Permasalahan ini menjadi semakin mendesak seiring dengan bertambahnya usia populasi, perubahan struktur keluarga, dan urbanisasi yang cepat, yang sering kali mengurangi kapasitas keluarga untuk merawat anggota lansia mereka. Masalah ini tidak hanya menantang dari segi sosial, tetapi juga membawa implikasi yang kompleks dari sudut pandang ekonomi dan kebijakan publik. Fenomena ini telah menarik perhatian lebih banyak pihak karena dampak signifikan yang ditimbulkannya terhadap kesejahteraan masyarakat dan kestabilan sosial. Dari perspektif sosial, isu ini mempengaruhi dinamika komunitas dan hubungan antarindividu, menciptakan ketegangan dan ketidakpastian. Dari sisi ekonomi, dampaknya terlihat dalam bentuk pengangguran, kemiskinan, dan ketidakmerataan pendapatan yang semakin memperlebar kesenjangan sosial. Sementara itu, dari sudut pandang kebijakan publik, pemerintah dihadapkan pada tantangan besar untuk merumuskan strategi yang efektif guna mengatasi masalah ini, memastikan distribusi sumber daya yang adil, dan menjaga stabilitas sosial agar tidak terjadi kerusuhan atau ketidakstabilan yang lebih parah.

Penyebab Meningkatnya Lansia Terlantar

Meningkatnya jumlah lansia terlantar disebabkan oleh beberapa faktor utama. Pertama, perubahan struktur keluarga berperan signifikan. Di masa lalu, keluarga besar tinggal bersama, memberikan dukungan emosional dan fisik kepada lansia. Namun, dengan modernisasi dan urbanisasi, struktur keluarga berubah drastis. Anak-anak sering merantau, meninggalkan orang tua tanpa dukungan yang memadai. Kondisi ini membuat lansia rentan terhadap kesepian dan kurangnya perawatan. Selain itu, kurangnya kesadaran finansial juga mempengaruhi kesejahteraan di masa tua. Banyak individu belum memahami pentingnya perencanaan keuangan untuk masa pensiun mereka, menyebabkan mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Akibatnya, mereka sangat bergantung pada bantuan orang lain atau lembaga sosial. Ketiga, keterbatasan dalam layanan sosial merupakan masalah kompleks. Program-program yang ada masih terbatas dalam akses dan jangkauan, terutama bagi lansia yang tinggal di daerah terpencil. Birokrasi yang rumit dan kurangnya koordinasi antar lembaga juga turut berkontribusi pada tidak optimalnya penyaluran bantuan kepada lansia yang membutuhkan.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Lansia terlantar menghadapi masalah serius seperti kekurangan gizi, masalah kesehatan yang tidak tertangani, dan isolasi sosial. Kekurangan gizi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan penurunan massa otot, memperburuk kondisi kesehatan. Masalah kesehatan yang tidak ditangani, seperti penyakit kronis yang tidak terdiagnosis, dapat menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan risiko kematian dini. Isolasi sosial juga berdampak buruk, memperburuk kesehatan fisik dan mental dengan meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan kurangnya motivasi untuk mencari bantuan. Dari segi ekonomi, peningkatan jumlah lansia terlantar memberikan tekanan besar pada sistem jaminan sosial dan kesehatan, menciptakan beban finansial yang signifikan bagi pemerintah dan masyarakat. Tanpa intervensi yang memadai, beban ini akan terus meningkat, mengganggu stabilitas ekonomi dan produktivitas tenaga kerja.

Upaya dan Solusi

Untuk meningkatkan kesejahteraan lansia, diperlukan upaya komprehensif. Pemerintah harus fokus pada peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan sosial, terutama di daerah terpencil. Salah satunya dengan program layanan kesehatan keliling untuk pemeriksaan dan edukasi kesehatan. Fasilitas di puskesmas juga perlu ditingkatkan, termasuk jumlah dan mutu peralatan medis serta tenaga medis terlatih. Ini akan mempermudah akses perawatan kesehatan lansia di daerah terpencil, meningkatkan kualitas hidup mereka.

Selain aspek kesehatan, kesejahteraan sosial juga penting. Pemerintah dapat menginisiasi program sosial seperti klub diskusi lansia untuk mengurangi isolasi dan depresi. Dukungan sosial ini juga bisa melalui kegiatan sosial dan kunjungan ke tempat wisata lokal. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang perencanaan keuangan pensiun juga penting melalui kampanye publik dan edukasi.

Perlu juga memperluas cakupan program jaminan sosial seperti Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) dan Program Keluarga Harapan (PKH). Langkahnya termasuk menyederhanakan prosedur pendaftaran dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang program-program tersebut.

Pengembangan program jaminan sosial yang komprehensif dan berkelanjutan diperlukan, termasuk layanan kesehatan, bantuan keuangan, dan pengembangan keterampilan untuk menjaga kemandirian lansia. Ini harus memperhatikan kesetaraan akses untuk semua lapisan masyarakat, termasuk yang rentan. Perlu juga mengintegrasikan program-program tersebut ke dalam kerangka kerja yang berkelanjutan, dengan pemikiran kreatif tentang sumber pendanaan jangka panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline