Perceraian adalah fenomena sosial yang terjadi ketika sebuah pernikahan berakhir secara resmi. Hal ini tidak hanya berdampak pada pasangan yang terlibat, tetapi juga pada keluarga, anak-anak, dan masyarakat secara luas. Perceraian dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakcocokan, masalah komunikasi, perselingkuhan, keuangan, perbedaan nilai-nilai, dan ketidaksetiaan, serta visi dan misi dari pasangan yang sudah tidak lagi sama. Ketidakmampuan pasangan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan ini dapat menyebabkan ketegangan yang berkepanjangan dan akhirnya mengarah pada keputusan untuk bercerai.
Pada saat ini sedang marak-maraknya pemberitaan perceraian di media sosial, melihat hal ini minat pada hubungan pernikahan semakin menurun apalagi faktor utama yang menjadi penyebab perceraian adalah perselingkuhan. Bahkan Wakil Presiden Indonesia Bapak Ma'ruf Amin meminta kepada para pemuda untuk jangan menunda pernikahan, karena pada rentang tahun 2020 hingga 2050, terdapat perubahan menarik dalam jumlah penduduk. Dalam proyeksi ini, terlihat bahwa pada tahun 2050, jumlah penduduk usia muda mengalami penurunan sedangkan jumlah penduduk usia tua mengalami peningkatan yang signifikan.
Pemberitaan perceraian ini menjadi trigger tersendiri bagi para remaja yang akhirnya membuat mereka mengalami Trust Issue. Pengkhianatan dan perselingkuhan menjadi faktor penyebab paling umum dari trust issue yang akhirnya membuat orang yang mengalaminya cenderung terpengaruh oleh keraguan, curiga, dan ketidakpastian, bahkan ada yang sampai tidak percaya lagi dengan cinta.
Umumnya para remaja ini menjadi takut menikah karena mereka takut mengalami hal yang serupa, yang mana nantinya hal tersebut akan berdampak pada kondisi psikologis dari anak mereka. Faktor lain yang menjadi pendukung ketakutan remaja untuk membangun hubungan rumah tangga adalah faktor dari keluarga mereka, yang mana bisa jadi orang tua mereka bercerai atau salah satunya ada yang berselingkuh, bisa jadi juga karena orang tua mereka sering mengalami cekcok. Hal ini lah yang berdampak pada kondisi psikologis orang tersebut, yang akhirnya mereka mempunyai ketakutan tersendiri dengan hubungan pernikahan dan juga mereka takut jika nantinya mereka menikah dan mempunyai anak, hal serupa akan kembali terulang ke anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H