Lihat ke Halaman Asli

Muthia D. Santika

Psikolog Klinis

Jenis Cinta, Keberlangsungannya, dan Cara Mengontrolnya

Diperbarui: 6 Maret 2023   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Pexels/cotton bro studio)

Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gulai kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.

-Tere Liye

Pernahkah Anda merasakan cinta? Sepertinya setiap manusia pernah merasakannya. Banyak definisi tentang cinta yang dirumuskan, baik oleh para tokoh publik, sastrawan, bahkan dapat juga didefinisikan oleh individu yang sedang merasakan cinta. Yang membuat makna cinta itu sendiri menjadi relatif. Dalam psikologi pula terdapat beberapa ahli yang merumuskan teori mengenai cinta, namun yang menarik adalah teori yang dirumuskan oleh psikolog Elaine Hatfield. Hatfield (2008) melakukan riset terhadap pasangan pengantin baru yang diwawancara di awal pernikahan dan pasangan tersebut diwawancarai kembali sekitar satu tahun kemudian. Hatfield juga mewawancarai sampel random yang sedang menjalani pernikahan berusia puluhan tahun. Hasil riset ini dijadikan Hatfield sebagai dasar untuk membedakan cinta menjadi dua jenis: passionate dan compassionate. Mari kita coba pahami perbedaannya.

1. Passionate Love

Gambaran Hatfield tentang jenis cinta ini dirangkum dalam sebuah kalimat: "sebuah keadaan perasaan yang kuat yang mendorong untuk selalu bersama". Tipe cinta ini umum ditemukan ketika kedua individu memulai sebuah hubungan. Perasaan yang muncul adalah emosi yang menggebu-gebu, yang mendorong satu sama lain untuk selalu bersama, selalu memikirkan pasangan, dan munculnya rasa rindu yang kuat. Ketika rasa cinta ini berbalas, maka dapat menimbulkan rasa senang dan terpuaskan. Namun jika bertepuk sebelah tangan, atau ketika hubungan tidak bisa dilanjutkan dalam sebuah ikatan akan muncul rasa sedih, cemas dan kecewa.   

Hatfield merumuskan beberapa ciri dari jenis cinta ini:

1. Memikirkan orang yang dicintai secara terus-menerus, tidak mengenal waktu dan tempat sehingga bisa jadi menganggu fokus individu yang sedang mengalaminya.

2.  Munculnya idealisasi terhadap orang yang dicintai sebagai seseorang yang sempurna, tanpa cela. Begitu pula persepsi mengenai hubungan yang sedang dijalani. Seakan-akan semua yang dilakukan adalah benar, menjadi pasangan yang ideal dan sudah ditakdirkan.

3.  Keinginan yang kuat untuk mengetahui segala hal mengenai pasangan dan juga keinginan agar semua tentang diri dikenali dan diketahui oleh pasangan.

4. Emosi yang dirasakan dalam keseharian sangat dipengaruhi oleh lancar atau tidaknya hubungan yang dijalani. Jika berjalan baik, maka rasa senang akan dengan mudah dirasakan. Sebaliknya jika sedang mengalami masalah dalam hubungan, maka emosi negatif cenderung mudah dirasakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline