Lihat ke Halaman Asli

Mutaqin

Guru dan seorang freelancer

Study Tour Hanyalah Tradisi, Bukan Urgensi

Diperbarui: 12 Juli 2024   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: Kompas.id)

Dunia pendidikan dalam negeri akhir-akhir ini tidak ada henti-hentinya  diterpa berbagai permasalahan yang jika kita telusuri bukanlah hal baru di mana berbagai permasalahan tersebut sejatinya telah ada dari sekian lama dan boleh dikatakan serupa dengan fenomena gunung es. 

Kasus bullyng yang semakin merebak, tingkat kekerasan yang tak kunjung mereda, praktik pungutan liar yang tetap ada, penyelewengan dana pendidikan oleh oknum kepala sekolah hingga permasalahan terkait kesejahteraan guru (honorer) yang masih miris dan masih terdapat banyak daftar panjang permasalahan lainnya dalam dunia pendidikan kita hari ini yang semakin hari semakin memprihatinkan.

Berbeda dengan dua-tiga dekade ke belakang yang masih minim akses dan ruang bagi masyarakat luas untuk membangun narasi koletif mereka secara mandiri sebagai bentuk ekpresi dan pandangan terhadap berbagai fenomena dalam kehidupan sehari-hari. 

Hari ini dengan era digital, secara organik atau alami berbagai pandangan kalayak atas sesautu dapat dengan mudah tersampaikan melalui saluran-saluran media sosial dan menjadi gambaran bagaimana suatu fenomea dimaknai oleh masyarakat kita tidak terkecuali dalam dunia pendidikan, terbaru tragedi kecelakan rombongan study tour SMK Lingga Kencana yang menyebabkan 11 korban meninggal dunia menuai berbagai respon keras dari masayakat.

 SMK Lingga Kencana yang awalnya berencana untuk melaksanakan kegiatan study tour dari Depok ke Bandung sebagai bagian dari acara perpisahan ini harus mengalami kecelakaan maut yang disinyalir akibat rem blong bus dari Trans Putra Fajar selaku po bus dalam kegiatan tersebut.

Pandangan Masyarat

Illustrasi musyawarah oranga tus siswa dengan sekolah (Sumber: Kompas)

Buntut dari tragedi ini mendorong masayarakat bersuara tegas dalam mempersoalkan apa urgensinya pelaksanaan study tour dan banyak diperbincangan melalui saluran-saluran media sosial seperti facebook yang rutin dilaksanakan oleh sekolah dari satuan pendidikan SD hingga SMA setiap tahunnya yang dalam pandangan mereka seolah-seolah kegiatan yang sudah menjadi tradsi tersebut layaknya kegiatan wajib yang harus dilaksakan dan tidak boleh tidak dengan segala konsekuensi misalnya tetap harus bayar setengahnya atau bahkan tidak naik kelas/lulus serta sanksi sosial di lingkungan sekolah bagi peserta yang tidak ikut serta dalam agenda study tour tersebut di mana kondisi ini rill terjadi.

Kegiatan study tour seperti yang sudah lama dilaksanakan di tingkat SD, SMP maupun SMA sejatinya dalam ketentuan yang ada adalah jenis kegiatan di luar sekolah yang boleh dilaksanakan oleh pihak sekolah dengan tetap menakankan pada unsur edukasi serta dengan pentimbangan lain di antaranya faktor kekuatan ekonomi wali murid serta keselamatan. 

Namun kenyataan yang ada justru pada aspek kekuatan ekonomi dan keselamatan menjadi yang paling diabaikan oleh pihak sekolah selaku penyelenggara, seyogyanya jika dua aspek ini menjadi bahan pertimbangan yang memadai maka kegiatan study tour yang membutuhkan biaya relatif besar tidak akan memiliki urgensi untuk tetap dilaksanakan di mana tidak ada korelasinya sama sekali terhadap proses akhir belajar siswa di sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline