Lihat ke Halaman Asli

Keluarga dan Pendidikan untuk Anak

Diperbarui: 19 April 2017   05:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kesulitan belajar yang ditemukan pada siswa atau anak  bermacam-macam, seperti learning dis-older, learning disfunction, underachiever, slow learner dan learningdisabilities. Tugas orang tua atau guru untuk mengetahui dan membedakan kesulitan yang dihadapi setiap individu. Dan yang paling terpenting adalah bagaimana cara atau langkah yang diambil oleh orang tua atau guru untuk membantu anak tersebut. Disini penulis akan berbagi sedikit cerita mengenai kesulitan belajar yang dihadapi oleh seorang anak.

Ada sebuah keluarga, dalam keluarga tersebut ada tujuh orang anggota keluarga, terdiri dari ayah, ibu dan lima orang anak. Kelima anak tersebut sama halnya dengan anak-anak lainnya. Namun anak ketiga dari lima orang anak tersebut mempunyai sedikit kelainan atau kesulitan dalam belajar. Itu yang sayaselalu  ingat ketika saya meihat anak tersebut, dan yang saya ketahui karena posisi saya dekat dengan keluarga tersebut. Sebut saja anak ketiga tersebut “joni”. Kesulitan belajar yang dialami joni adalah lemahnya kemampuan membaca dan menulis. Padahal posisi joni sudah kelas 3 SD, dimana anak kelas 3 SD sudah mampu membaca dan menulis.

 Namun tidak pada joni. Orang tuanya pun tau kesulitan  yang dialami oleh joni. Karena orang tua joni yang sedikit  keras dan juga  saking geregetnya,  kadang memarahi joni dan kadang memukulnya ketika joni masih saja tidak bisa untuk menyelesaikan pelajarannya. Tak ada yang bisa dilakukan oleh anak seumur joni selain menangis. Hingga joni dilangkahi oleh adiknya, kadang joni tingal kelas dan juga naik kelas dengan bersyarat dan pertimbangan wali kelasnya . 

Namun, dibalik kesulitan dalam belajarnya yang dihadapi joni, ternyata joni sangat pandai dalam membuat kerajinan-kerajinan, joni mampu memperbaiki barang-barang yang rusak disekitar rumahnya. Joni memiliki kemampuan lain selain dibidang akademiknya. Dan seiring berjalannya waktu, joni bisa membaca dan menulis sama seperti anak-anak lainnya.

Beberapa pelajaran yang dapat dipetik adalah bahwa dalam satu keluarga tidak semua  anak memliliki sifat, sikap  dan kemampuan yang sama. Jadi sebagai orang tua, harus mengetahui satu persatu sikap, sifat dan kemampuan anak. Seperti yang dialami joni, sebagai orang tua harus sabar dalam mendidik anak dan menemukan jalan keluar untuk membantu anak menghadapi kesulitan yang dialaminya dan jauhkan sikap keras pada anak, apalagi diusia anak-anak dimana diusia mereka yang dibutuhkan adalah rasa kasih sayang , perhatian dan perlindungan dari orang-orang terdekatnya. Guru, adalah orang tua kedua siswa di sekolah, harus juga membantu siswa untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswanya.

 Ketahui kemapuan anak, dukung apa yang menjadi kesenangan dan bakat anak karena dengan begitu akan menambah motivasi belajar pada anak, jangan sekali-kali menganggap anak yang tidak pintar atau pandai dibidang akademiknya  adalah anak yang bodoh, setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda. Jalin hubungan harmonis dengan semua anggota keluarga, karena keluarga adalah pendukung dan penyemangat anak untuk selalu semangat belajar.  Karena pendidikan pertama kali didapatkan oleh anak adalah pada keluarga.

semoga bmanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline