Menulis itu capek!
Menulis bagi saya merupakan kegiatan yang melelahkan. Untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh saat menulis satu artikel saja, saya harus makan in*omie rebus dua bungkus dan satu gelas teh panas dengan gula pasir dua sendok.
Jika saya diminta untuk memilih antara menulis atau mencangkul, biasanya saya lebih memilih untuk mencangkul. Selain tidak perlu pusing memikirkan sana-sini sampai kepala terasa botak. Saya pikir, mencangkul lebih sehat karena setelahnya tubuh saya jadi segar dan berkeringat.
Alasan saya tetap bertahan untuk belajar menulis adalah karena saat saya menulis, saya bisa mengeksplorasi lebih jauh pikiran-pikiran yang ada dalam otak untuk dikeluarkan.
Selain itu, saya menemukan perasaan kepuasan tersendiri ketika tulisan yang saya buat dengan agak payah itu bisa membuat orang yang membaca merespon tulisanku dengan tersenyum, tertawa bahkan kadang merasa sakit hati karena menganggap tulisanku terlalu nylekit seperti cibiran emak-emak tetangga sebelah kosan.
Senyum, tawa dan sakit hati pembaca itu bahagia buat saya.
Konten yang Mantul dan Mumbul
Kamu tahu, ciri khas anak kemarin sore itu petakilan, lancang, dan sok tahu. Jadi izinkan saya sebagai anak kemarin sore yang baru bergabung di Kompasiana mengeluarkan sifat petakilan, lancang, dan sok tahu kepada kamu dengan memberikan analisis ngawur tentang konten-konten yang dibuat oleh para Kompasianer.
Selama kurang lebih satu setengah bulan saya mengamati aktifitas menulis di Kompasiana, saya menemukan dua jenis konten, yaitu konten yang mantul dan Konten yang mumbul. Istilah Mantul dan Mumbul ini saya berikan biar mudah diingat saja.
Konten yang mantul (Mantap betul) adalah istilah yang saya pakai untuk menandai artikel-artikel berkualitas yang telah dibuat oleh para kompasianer.
Apa ciri-ciri konten Mantul? Saya beranggapan konten Kompasiana yang mantul adalah artikel yang membuat saya betah berlama-lama membaca tulisan kamu.
Ketika membaca konten yang mantul, saya bisa merasakan manfaat dan dapat mempengaruhi pikiran saya untuk bersikap sesuai apa yang kamu ingin sampaikan dalam tulisan itu. Saat membaca konten mantul, saya tak segan untuk ngangguk-ngangguk, tersenyum, merasa sedih.