Lihat ke Halaman Asli

Mustiana

Penulis

Merasai Pantai Terjernih di Kaki Gunung Gamalama

Diperbarui: 23 Februari 2019   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Pagi-pagi kami sudah disuruh bangun oleh orang PR padahal agenda baru jam 12 siang. Ternyata kami dibawa ke beberapa lokasi wisata lagi. Tapi inget waktu yang diberikan tidak lama.

Maka tujuan pertama kali adalah danau ngade. sama seperti destinasi wisata sebelum-sebelumnya, rata-rata tempat wisata di sini dikelola oleh kumpulan warga. Jadi jangan harap punya fasilitas yang bagus.

Ya, seperti danau ngade ini. Lokasinya tersembunyi cuma ada spanduk yang memberitahu kalau itu tempat wisata. Jadi kalau saya tidak diantar orang lokal sudah pasti tidak terdeteksi.

Dengar-denger si tempat wisata ini juga baru dibangun dengan bermodalkan potongan-potongan kayu, pengunjung juga harus menuruni beberapa pijakan tanah yang belum rata. Ongkos masuknya juga murah mungkin sekarang sekitar 10 ribu.

Setelah sukses turun baru terlihat betapa mewah pemandangan yang disajikan kontras dengan pintu masuk yang cuma berdinding seng-seng itu. Jadi di hadapan kami terhampar danau yang terpisah dengan laut. Sungguh unik. Dan makin menarik dengan adanyya deretan pegunungan yang menyembul bikin gemes. Lho!

Jadi serasa di raja ampat ya. Tapi versi mini. Nah, kita juga ga bisa lama di sini karena harus makan siang baru meluncur ke lokasi acara. Awalnya kami dibawa ke restoran Florida (di video texas) namanya. Keren ya, namanya sekeren pemandangan yang jadi background nya resoran.

Alamak ciamik banget karena kita langsung dihadapkan dengan laut lepas dan deretan pegunungan. Saya sih sempat tanya mana lokasi yang ada di uang seribu. Tapi katanya jauh dari sini dan kita enggak ada waktu buat ke sana. Yah. Tapi saya pikir kira-kira sama lah pemandangannya dengan hotel Florida.

Dok. Pribadi

Ternyata, si pejabat MPR gak jadi makan di sini. Maka jadilah kita geser untung udah foto-foto dulu. Seneng. Di tengah jalan, teman TV minta diturunkan karena dia mau shoot tulisan ternate. Saya pun tanpa pikir panjang ikutan turun demi memandangi perahu-perahu yang sedang berlayar.

Saya juga sempat menyapa anak-anak Ternate yang sedang bermain muka polos mereka tidak tersentuh modernisme. Ya, rambut mereka masih acak-acakan dan ingusan ditambah kaki tak beralas. Namun tawanya tak pernah palsu, jujur bahagia.

Oke akhirnya, restoran pengganti berupa restoran sekaligus tempat karaoke juga tapi punya hall yang lumayan besar. Di sini makannya prasmanan dengan menu asli dari Ternate semua. Percobaan pertama saya makan papeda gagal karena saya mau muntah. Sebabnya ternyata saya tidak menyantapnya bareng sayur ikan kuning yang sudah dingin.

Jauh berbeda 180 derajat kalau benar pakai sayur ikan yang hangat, Ah... ini baru nikmat. Setelah menunggu sekitar 1 jam acara pun dimulai dengan paparan macem-macem termasuk soal kasus penistaan agama. Dan si pejabat lumayan keras bicara tentang Ahok. Ngerih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline