Lihat ke Halaman Asli

Mustiana

Penulis

Hujan Berita di Museum Angkut Buat Nelangsa

Diperbarui: 5 Desember 2018   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Hujan kembali mengguyur Malang, saya heran sebenarnya kenapa selalu hujan setiap saya datang. Berkah itu mungkin.

Jadi sebelum lanjut ke destinasi selanjutnya, saya dan tim memutuskan isi perut dulu di warteg pinggir jalan. Nah, ini masalahnya saya termasuk picky eater apalagi untuk makan di warteg yang sejak kecil selalu didoktrin masaknya jorok.

Jadi setiap dihadapkan dengan masalah ini, saya harus selalu repot setting pikiran bahwa ini 'baik-baik saja' dan ini pertama kalinya juga saya mencoba RAWON. Setelah sebelumnya saya terlampau takut mencoba karena warnanya hitam. Dan ternyata.....enak yak kayak soto rempah kluwaknya gak kerasa.

Setelah kenyang, maka saatnya ke Museum Angkut yang sebelumnya saya sudah pernah singgahi.Namun kali ini berbeda karena saya dituntut untuk mencari berita unik dan menarik dan belum pernah di publikasikan sebelumnya.Perhatian saya tertuju langsung pada helikopter pertama yang dinaiki Presiden Soekarno. Heli presiden pertama kita gak neko-neko gak wah dan yang pasti heli ini salah satu bukti kedekatan Soekarno dengan Kennedy.

dokpri


Helikopter Bell 47 hasil barter pemerintah dengan agen CIA yang terlibat pemberontakan PRRI lalu tertembak. Sejarah di baliknya cukup menarik ya.

Lanjut ke lantai atas ada atraksi baru yaitu pesawat kepresidenan R1. Pesawat bekas ini banyak banget bikin orang antre padahal dalamnya itu kecil banget cuma replika ruang rapat, meja kerja, dan ruang makan presiden yang dijejali jadi satu.

Dan menariknya ada si patung bapak presiden ke-3 kita Pak Habibie yang ramah menyapa. Nah, ternyata para pengunjung tuh ngincer selfie di sini makanya dikasi waktu gak lama cuma sekitar 10 menit karena antrean menumpuk.

Saya bergeser sedikit dan ketemulah sama simulator pilot. Tadinya simolator ini tutup dan kalau pun mau harus bayar lebih dari seratus ribu rupiah. Dalam pikiran saya past asyik jadi pilot macem yang ada di game. Tapi assalamualaikum bu... ternyata beda 180 derajad.

Setelah menunjukkan id, saya pun dibimbing mba yang medok dan pernah belajar di sekolah penerbangan untuk nyetir pesawata.

Dari awal sampai akhir yang ditunjuk cuma soal layar, tak ada getaran, turbulensi, atau pemandangan cantik di layar simulator. Semua serba terbatas, si mba nyerocos aja soal saya harus pencet ini itu, tarik ini itu, dan bener-bener teknis banget. Gak menarik! Padahal saya berharap seru bisa jadi pilot dadakan plus dapat experience mengendalikan turbulensi.

Akhirnya saya bengong aja karena gak ngerti lagi ini si mbak ngomong apaan. Karena ga bisa jadi rekomendasi kalau ke sini saya pun membatalkan niat saya menulis tentang simulator ini meski dirasa sayang dengan harga segitu dapat pengalaman yang ga memuaskan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline