Lihat ke Halaman Asli

Derawan (Penyu Oh Penyu)

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Desiran pantai dan angin semilir yang menyejukkan membuat malam ini sangat terasa indah buat ku. Bersama beberapa teman ku susuri garis pantai untuk menikmati kesempurnaan ciptaan Tuhan. Sempat beberapa kali aku berhenti di dermaga untuk melihat dasar laut yang terlihat jelas dengan lampu penerangan yang sengaja di desain khusus. Ikan seolah berlomba memperlihatkan keelokannya, juga beberapa hewan laut yang seolah menari mempertontokan betapa sempurnanya mereka.

Tampak beberapa wisatawan lokal maupun mancanegara berlalu lalang, ada juga yang terlihat sibuk berbicara dengan temannya. Sebagian lagi sibuk menikmati santapan makan malam. Ada rasa enggan beranjak, namun keinginan untuk menyaksikan keindahan alam lain membuat kaki ini akhirnya melangkah untuk kembali menyusuri pantai. ditemani suara dentuman musik dari beberapa kafe yang mungkin sudah sejak lama berdiri.

Beberapa lama berjalan, akhirnya terlihat sebuah kerumunan yang sepertinya adalah yang aku cari. Segera bergegas menghampiri, benar disana terlihat sosok penyu hijau yang sedang mengeluarkan butiran-butiran telur. Tampak tak terganggu dengan banyaknya kehadiran manusia yangg hadir dibelakangnya. Karena jika berdiri didepan penyu tersebut, apalagi menyalakan cahaya maka akan menggangu prosesbertelurnya. Untuk menunggu penyu mulai bertelur hingga selesai butuh waktu berjam-jam. Karena selain bertelur penyu tersebutbutuh waktu untuk menggali lobang untuk menaruh telurnya. Setelah selesai ia akan kembali menutup lubangnya. Yang unik, proses menutup lobang jauh lebih lama dari menggali karena penyu akan membuat lobangnya tersamar dengan memperluasarea galian.Bahkan tempatnya menaruh telur tertutup rapi, sementara tak jauh dari situ ada gundukan-gundukan pasir yang sengaja dibuat untuk mengelabui hewan predator.

Setelah selesai penyu akan meninggalkan lobang tempatnya bertelur menuju laut lepas, hingga nanti ia akan kembali bertelur disana. Yah, penyu selalu bertelur ditempat yang sama. Tempat diamana ia pertama kali turun dari darat menuju laut lepas. Jika pun ada gangguan maka ia akan pergi dahulu dan akan kembali lagi setelah ia merasa tidak ada lagi ganggguan. Memang penyu sangat sensitif, ia akan segera pergi walau hanya melihat cahaya sebatang rokok yang dekat dan ia rasa akan mengancam jiwanya.

Sekali bertelur penyu dapat mennghasilkan ratusan telur, penyu yang ku lihat malam itu adalah penyu yang telah bertelur sebanyak 4 kali dalam sebulan, itu yang aku tahu dari penjaga pantai disana, karena mereka memasang alat penanda pada penyu tersebut.Tidak semua telur akan berhasil menghasilkan individu baru, sebagian telur akan ‘gagal’ karena beberapa faktor. Telur penyu tersebut akan dipindahkan tidak jauh daritempat ia bertelur oleh para relawan yang peduli terhadap keberlangsungan penyu yang semakin terancam. Tujuannya adalah untuk menghindarkann telur tersebut dari tangan-tangan jahil manusia. Memang menurut penjelasan salah satu Volunteer disana, telur penyu memang sengaja dicari manusia untuk dikonsumsi. Banyak yang beranggapan khasiat telur penyu sangat baik bagi kesehatan. Dipasaran telur penyu dihargai kisaran 7ribu hingga 10ribu rupiah.

Telur penyu yang sudah dipindahkan akan ditandai dengan tanda khusus dan akan dibiarkan berkembang secara alami, kemudian beberapa waktu berselang telur penyu akan menetas. Yang membuat aku tercengang adalah dengan status sebagai pulau wisata dunia. Derawan ternyata tidak memiliki tempat penangkaran khusus penyu. Yang lebih mencengangkan ternyata Volunteer yang ada justru di bayar oleh sebuah LSM Internasional, bukan lembaga pemerintah terkait. Menurut penuturan Samsudin yang menjadi Volunteer dari LSM tersebut, dulunya ia bekerja secara sukarela tanpa bayaran sedikitpun. Sekarangbeberapa fasilitas sudah dipenuhi oleh LSM tersebut.

Penyu yang merupakan hewan yang dilindungi banyak diburu untuk diambil cangkangnya, karena harga cangkang yang cukup mahal. Menurut Samsudin, kadang banyak turis yang sengaja menangkap Penyu dan mengambil cangkangnya untuk kemudian dijual atau dibuat hiasan. Mereka tidak peduli dengan keberlangsungan penyu. Cangkang penyu dilepas dan penyu dibiarkan kembali kelaut. Tak ayal, tanpa bantuan cangkang banyak penyu yang mati.

Menurut penuturan Samsudin lagi, Pemerintah selaku pengambil kebijakan dirasa belum memenuhi tugasnya untuk melindungi dan menjaga penyu dari orang yang tidak bertanggung jawab. Padahal jika melihat program pemerintah seharusnya ini sudah menjadi hal mutlak, melindungi keberlangsungan hidup penyu adalah kewajiban.

Sebagai tujuan wisata dunia, melindungi seluruh ekosistem laut dan mengembangkannya adalah sebuah hal yang akan menjadi daya tarik sendiri yang juga akan berdampak baik bagi pertumbuhan jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Apalagi Penyu yang merupakan hewan langka sudah sepatutnya diberikan perlindungan dengan membuat penangkaran khusus. Jika tidak tunggu saja, penyu hanya akan menjadi sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline