Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan mengurangi angka pernikahan dini di Desa Maskuning Wetan, mahasiswa KKN UNEJ kelompok 49 berkolaborasi dengan mahasiswa KKN dari Al-Maliki Bondowoso, menyelenggarakan seminar tentang antisipasi pernikahan dini. Program KKN ini bukan hanya sekedar memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat, tetapi juga berharap dapat mengubah pola pikir orang tua terkait penting nya pendidikan untuk anak-anak mereka.
Dalam acara yang diadakan di aula kantor desa Maskuning Wetan ini, para mahasiswa KKN mendatangkan pemateri dari KUA (Kantor Urusan Agama). Peserta yang mengikuti kegiatan ini terdiri dari pemdes, lembaga dan kader posyandu, para orang tua serta remaja yang ada di Desa Maskuning Wetan. Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait dampak negatif pernikahan dini dan pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Pernikahan dini masih menjadi permasalahan serius di berbagai daerah, yang dapat berdampak buruk pada kesejahteraan dan kesehatan perempuan serta pembatasan akses terhadap pendidikan dan peluang lainnya.
Acara diawali dengan sambutan dari kordes masing-masing kelompok KKN dan perwakilan dari perangkat desa. Kemudian adalah acara inti penyampai materi oleh narasumber. Dalam materinya, beliau menyoroti pentingnya memberikan kesempatan yang sama kepada anak-anak, tanpa memandang gender atau latar belakang sosial ekonomi. Beliau juga menguraikan dampak positif dari pendidikan yang baik terhadap perkembangan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu narasumber juga memberikan apresiasi kepada para mahasiswa KKN dan Desa Maskuning Wetan. Beliau menyampaikan bahwa "Desa Maskuning Wetan adalah desa yang luar biasa, mengukir sejarah dengan diadakannya sosialisasi pernikahan dini yang dilaksanakan oleh kolaborasi dua kampus besar yaitu mahasiswa KKN UNEJ dan al-Maliki serta perangkat desa. Saya berharap acara ini dapat membantu merubah mindset orang tua untuk menghindari pernikahan dini karena dampak yang ditimbulkan sangat besar, seperti munculnya stunting dan (IQ) anak yang rendah serta tinggi nya angka perceraian. Maka dari itu yang terpenting orang tua harus menyiapkan generasi emas dengan memberikan pendidikan yang tinggi terlebih dahulu daripada menikah dini."
Pada sesi diskusi, peserta seminar yang mayoritas adalah remaja dan orang tua aktif berpartisipasi. Mereka mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman mereka terkait pernikahan dini yang semakin tinggi. Pemateri memberikan solusi dan penjelasan yang mudah dipahami.
Sya'roni, selaku ketua panitia acara, mengatakan, "Kami berharap seminar ini dapat memberikan wawasan yang lebih baik kepada remaja dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan membangun masa depan yang lebih baik sebelum memutuskan untuk menikah. Kolaborasi antara mahasiswa KKN dan para staf desa dalam acara ini membantu memperkuat pesan kami."
Kegiatan ini juga mendapatkan dukungan positif dari staf desa, yang melihat pentingnya upaya kolaboratif dalam membawa perubahan positif dalam masyarakat terkait pernikahan dini. Mereka berharap acara semacam ini dapat menjadi langkah awal dalam mengubah pola pikir dan memperkuat pemahaman akan pentingnya pendidikan dan kesiapan sebelum menikah.
Seminar ini menjadi bukti bahwa mahasiswa KKN memiliki peran yang signifikan dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat setempat. Dengan upaya kolaboratif seperti ini, diharapkan masyarakat lokal dapat lebih sadar akan dampak buruk pernikahan dini dan bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan remaja menuju masa depan yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H