Lihat ke Halaman Asli

Bang Taqiem

Guru PNS, Pembina pramuka, Desain Grafis, Video maker, Inisiator timdelapan.

Haji Suhaimi; Mendulang Harapan, Mencari Intan

Diperbarui: 23 Agustus 2018   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi

Hampir seluruhnya bermandikan peluh ditubuhnya, sedikit kecoklatan, terciprat warna air yang sengaja disemprotkan melalui selang berukuran besar. Bagaikan ular meliuk-liuk, memanjang pipa-pipa dari bawah sana, mengalirkan material ke atas. 

Deru mesin Dompeng menggema dari 2 kawah buatan di depan kami. 2 kawah yang lain terlihat kosong. Di belakang saya beberapa pemuda terlihat sibuk "bermain" air di kolam hasil limbah penyaringan material, ada yang memegang linggangan, semacam alat mendulang berbentuk bulat kerucut seperti topi caping yang terbuat dari kayu jinggah, ada juga yang sibuk menyaring material pasir yang akan menjadi limbah lalu dipisahkan dengan air kecoklatan untuk diteruskan ke kolam buatan.

Di sudut jalan masuk area ini, ada warung tenda, mungkin dikhususkan untuk para pekerja beristirahat atau sekedar menyeruput kopi. Saya melihat beberapa lelaki berpakaian rapi di sana, membawa tas dan sesekali tersenyum, sepertinya mereka akan menawarkan batu akik dan intan ke pengunjung tempat ini. 

Beberapa meter ke bawah di depan kami terlihat sosok paruh baya berpayung kuning ala melayu, menggunakan topi koboi coklat, berdiri di tepi dua kawah besar. Kata pekerja diatas, itulah bos dari dua kawah besar pendulangan yang dia miliki, mengawasi para pekerja dibawah. Terik dan panasnya siang kala itu tidak menyurutkan saya dan tim Indonesia Diversity Kalimantan Selatan untuk mengeksplore tempat yang baru saya kunjungi ini.

Jalan setapak yang sedikit curam dan berkelok-kelok kebawah saya lalui menuju lelaki yang disebut bos pendulangan ini, seorang lelaki berbadan tambun yang bernama pak Haji Suhaimi, pemilik 2 kawah besar di daerah Cempaka. 

Setelah sedikit perkenalan, obrolan pun dimulai dengan pria murah senyum itu ditengah deru mesin dompeng yang sangat bising. Sesekali saya dan tim berteriak dan merapatkan diri agar obrolan terdengar jelas. 

Pemandangan penambangan intan ini mudah kita temukan di daerah Cempaka. Cempaka sendiri sebenarnya adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak 7 km dari kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. 

Dari catatan sejarah, ditambang ini pernah ditemukan intan terbesar seberat 20 karat pada tahun 1846, rekor ini kemudian dipecahkan pada tahun 1850 dengan ditemukannya intan yang lebih besar lagi seberat 167,5 karat

Haji Suhaimi, sang bos besar ini telah turun temurun mengurus bisnis pendulangan intan di daerah Cempaka, di lokasi dia memiliki 2 mesin dompeng untuk 2 kawah besar. Kawahnya sendiri biasanya digali dengan kedalaman 12-15 meter. Rata-rata pekerja setiap kawah sekitar 8-10 orang. Ini dia sebut sebagai  sistem kerja Abian, yaitu sistem kerja yang hasilnya akan dibagi dengan pemilik lahan. 

Di antara pekerja itu ada anak Haji Suhaimi yang turut bersama para pekerja lain mengeruk material. Saat kami tanya, mengapa anaknya juga harus ikut, pria berkulit hitam legam ini bertutur, bahwa dulu, saat ia remaja beranjak dewasa, iapun ikut membantu orangtuanya di bisnis yang sama, bahkan tiap hari dari pagi hingga sore menjelang senja. Anak-anak juga harus ikut merasakan bagaimana perjuangan orangtuanya menghidupi mereka semua, kata beliau.

Haji Suhaimi, seperti saat itu, tiap hari mengawasi anak buahnya di atas tepi 2 kawah besar hasil galian material, bahkan hingga siang. Kecuali hari jumat dan hari-hari besar Islam. Pengawasan beliau tidak hanya pada soal produktivitas kerja, namun pada soal keselamatan pekerja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline