Lihat ke Halaman Asli

True Prince

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari telah mengintip dari timur dan bersiap menemani seluruh orang didunia ini. Tak mau ketinggalan aku pun mengintip dunia dari balik selimutku dan bersiap melanjutkan tidurku.

Putri bangun sudah siang, katanya mau menemukan pangeran, tapi jam segini belum bangun. Nanti pangerannya di ambil orang lho.

Siapa lagi kalau bukan ibuku yang memanggil-manggilku untuk segera bangun. Ibu selalu membangunkan ku dengan lelucon seperti itu. Mungkin itu karena aku anak perempuan satu-satunya yang umurnya sudah siap untuk menikah. Dan ampuhnya setiap ibu berkata seperti itu semangatku seakan tumbuh tak terkira.

Seperti biasa setelah bangun aku pergi ke dapur untuk sekedar menyapa ibu yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga. Tak ketinggalan dari dapur ku membawa sedikit makanan untuk sekedar pencuci mulut sebelum mandi. Memang aneh sih, tapi itu kebiasaannku ketika dirumah. Setelah itu bergegas menuju kamar mandi dan menyiapkan bahan-bahan umtuk kuliah yang hanya 12 sks di semester 7 ini.

Ibu, ayah putri berangkat dulu ya. .

Doakan anakmu yang cantik ini semoga pangeranku yang sesungguhnya baik-baik saja. Bisikku di telinga ibu. Yah memang sebuah lelucon tapi itu hiburan yang aku berikan setiap mau pergi ke kampus.

Jalanan pagi itu sangat menguras tenaga. Macet yang terlalu parah membuatku kewalahan mengendarai motor sendiriaan. Tanganku terasa kram, tapi masih bisa ditahan karena aku harus sampai di ruang kuliah 20 menit lagi. Pikiranku sudah sampai dikampus tapi fisikku masih di atas motor karena saking takutnya sama ibu dosen yang mengajar mata kuliah pagi itu. Akhirnya 30 menit aku sampai di kampus dan berarti aku sudah terlambat 10 menit.

Gilak harus beralasan apa lagi nih. Itulah kata yang ada di dalam hati. Dengan langkah setengah lari, ku menuju ruang kuliah di lantai 3. Tak henti pikiranku terus memikirka alasan untuk bisa masuk kelas dan mengikuti kuliah pagi itu.

Permisi bu.. maaf Putri terlambat. .

Kenapa kamu terlambat put?? Kesiangan?? Jalan macet?? Atau ban bocor?? Atau lupa jalan??, kata ibu dosen

Kali ini putri benar benar minta maaf bu, karena jalanan benar-benar macet dan putri naik motor sendiri jadi Putri mengendarainya pelan-pelan. .

Dasar kau Putri alasan, yang alasannya tidak pernah berubah, semoga ada pangeran yang mau menerimamu dengan alasan-alasan seperti itu.

Mendengar perkataan dosen tersebut, sontak membuat seluruh kelas tertawa dengan kerasnya. Entah apa yang mereka tertawakan. Mungkin karena aku yang terkenal selalu gagal dalam hal percintaan. Tapi respon teman sekelas itu membuatku malu setengah mati.

Happy b’day Putri. .

Happy b’day Putri.

Happy b’day, Happy b’day, ,

Happy b’day Putri.

Alunan suara tersebut membuat keinginanku untuk mencari dari mana sumber suara itu. Dan ternyata dari arah belakang tempat duduk tampak laki-laki yang sudah tidak asing bagiku. Dia adalah Rio yang berjalan kearah ku sambil memegang kue ulang tahun dengan lilin berangka 21. Rio adalah kekasihku yang sudah 3 tahun belakangan ini. Aku tak ingat sama sekali bahwa hari itu adalah ulang tahunku. Dan ternyata adegan ibu dosen marah merupakan adegan yang sudah direncanakan bersama rio. Semua teman-teman memberika selamat ulang tahun padaku tak ketinggalan ibu dosen pagi itu.

Setelah kuliah pagi itu usai, Rio memanggilku. Kita duduk di taman kampus. Rio membuatku bahagia sekali pagi itu selain memberikan kejutan kue ulang tahun, dia ternyata juga memberiku beberapa hadiah, salah satunya video yang disimpan dalam flashdisk miliknya. Rio mengajakku pulang bersama. Dan lagi-lagi dia memberikan kejutan. Rio mengajakku makan di rumah makan yang ternyata sudah dipesan Rio jauh-jauh hari. Rumah makan itu ternyata di design seromantis mungkin oleh Rio. Betapa senangnya hatiku saat itu.

Jam telah menunjukkan pukul 5 sore. Dan tidak terasa aku terlambat pulang 3 jam. Itu berarti siap-siap menjawab pertanyaan yang dilontarkan ibu tentang keterlambatanku pulang. Tapi untuknya hari itu aku ulang tahun jadi ibu tidak marah akan keterlambatanku tapi ibu langsung memberiku ucapan ulang tahun serta membawakan bingkisan ulang tahun.

Happy b’day Putriku sayang. . .

Semoga di usiamu sekarang, Putri semakin dewasa, cantik, pintar dan shalehah dan tak lupa semoga Putri cepat bertemu pangerannya. . kata ibu sambil menciumku.

Setelah makan malam dengan keluarga, aku pun segera menuju kamar dengan penuh rasa bahagia dan penasaran dengan apa yang ada di dalam flashdisk milik Rio. Laptop segera ku buka dan pasang posisi nyaman untuk sekedar membuka dan melihat kado dari Rio. Folder demi folder ku baca. Sampai akhirnya ku menemukan folder yang bertuliskan “My Lovely Princess”. Segera ku buka isi folder tersebut. Dan ternyata didalamnya ada sebuah video.

Yaampu. . .gak nyangka, rio seromantis ini. . bisik ku dalam hati

Dalam video itu ternyata berisi perjalanan ku. Dan yang mengagetkan lagi, ternyata Rio sudah memperhatikanku ketika pertama kali aku masuk kuliah di kampusku. Itu jarak yang cukup lama sebelum akhirnya aku jadian sama Rio. Wajahku tak bisa menyembunyikan perasaan bahagia. Setelah puas melihat video tersebut sampai 3 kali, akhirnya ku memutuskan menutup laptop. Tapi ternyata aku menemukan lagi sebuah folder yang bertuliskan “tak terlupakan”. Nama folder itu membuatku penasaran akan isi di dalamnya. Dengan cepat ku buka folder itu. Ternyata berisi video lagi dengan awalan puisi yang sangat romantis dan menyentuh hati bagi siapapun yang membaca. Puisi itu lama-lama terasa janggal isinya yang membuatku mengernyitkan kening.

Kenapa videonya tentang patah hati?? Kenapa isinya permohonan maaf?? Emang dia punya salah padaku ?? atau mungkin dia takut untuk ku tinggalkan??

Semakin aneh pertanyaan yang ada di dalam pikiranku. Video itu benar-benar membuatku kaget tak terkira karena setelah puisi itu selesai, ku melihat foto wanita cantik. Sepertinya ku mengenalnya dan ternyata itu foto Sinta teman sekelasku. Masih tak percaya aku lihat tanggal pembuatan video yang bertuliskan 14 0ktober 2013, tepat 2 hari yang lalu.Dan dari situ aku memahami maksud dari puisi yang Rio tulis. Ternyata Rio dan Sinta pacaran ketika aku dan Rio masih menjalin hubungan.

Air mata tak sanggup lagi ku bendung ketika mengingat apa yang ada dalam video tadi. Aku mencoba berpikir matang-matang dan mencerna apa yang telah terjadi. Berat memang jika aku harus memutuskan Rio karena bagaimanapun aku telah bersama Rio 3 tahun. Itu bukan waktu yang singkat memang, tapi aku juga merasakan sakit hati yang dalam.

Yaampunn, , ada apa ini, , apa yang harus aku lakukan besok ketika ketemu dengan Rio??

Suara detik jam seolah menemaniku malam itu  . Hanya tangis air mata yang turut membutakan mata hati ku dalam menghadapi masalah cinta ini. Tak terasa cahaya matahari telah menyeruak dari ufuk timur yang seakan tak peduli dengan suasana hatiku saat itu. Bagaimanapun aku harus segera bersiap-siap menjalankan rutinitasku setiap hari yaitu menuju kampus untuk kuliah. Setibanya di kampus hal yang aku takutkan saat itu pun terjadi yaitu bertemu dengan Rio. Wajah kecewa, marah, benci dan sakit hati ku tak dapat tertutupi. Dengan susah payah aku mencoba untuk tenang dan mengumpulkan keberanian untuk mengatakan ini semua. Rio semakin mendekat dan sekarang tepat dihadapanku. Tanpa pikir panjang dan banyak berkata, aku langsung berkata kepada Rio. Bahwa aku ingin putus sambil mengembalikan flashdisk miliknya. Dengan segera ku langkahkan kaki meninggalkan sesosok pria yang berhasil membuatku patah hati.

Air mata kembali mengalir ketika aku sampai di rumah. Kondisi itu sempat membuat ibu bingung. Mungkin ibu bertanya-tanya apa yang telah terjadi padaku. Karena tidak biasanya aku seperti itu. Aku tiba-tiba memeluk ibu sambil nangis sesenggukan.

Ada apa put kok nangis seperti itu?? Sambil menuntunku duduk di sofa.

Aku putus bu sama Rio. .

Hah putus?? Kapan jadiannya?? Rio siapa?? Kok kamu gak bilang-bilang ibu kalo kamu sudah pumya pacar??

Iya bu maaf putri gak bilang-bilang ke ibu. Putri sudah pacaran sama Rio 3 tahun, dan tadi kita putus. Rio selingkuh dengan teman Putri bu. .

Makannya kalo punya pacar bilang-bilang ke ibu, pasti gak bakal putus. Yasudah put, berarti Rio bukan jodohmu nak. Jodohmu belum ketemu put, pasti sebentar lagi ketemu. Masak anak secantik ini gak ketemu jodohnya. . hibur ibu.

Percakapan dengan ibu tadi cukup membuatku tenang. Tiba-tiba handphone ku berdering kencang menandakan ada telefon masuk. Segera ku raih HP dan segera menjawab suara yang ada diujung telefon tersebut. Sempat tidak mengenali suara yang ada di telefon yang ternyata adalah suara salah satu dosen yang memintaku untuk mengikuti debate competition. Sebenarnya aku ingin menolak tawaran tersebut tapi terlambat telfon sudah ditutup dengan cepat. Apa yang akan terjadi jika tawaran itu aku ambil sedangkan pikiranku masih kacau balau. Padahal waktu perlombaan tinggal 3 hari lagi. Tanpa berlama-lama lagi aku segera menelepon balik ibu dosen yang memberikan tawaran tersebut. Belum sempat dijawab panggilan telfon ku, tiba-tiba ibu masuk kekamar. Ibu bertanya siapa yang sedang aku telfon, dan aku menjelaskan tawaran tersebut. Dengan tegas ibu langsung berkata “Ambil saja “. Aku sempat kaget, tapi aku tetap ingin menolak dengan alasan yang sama. Lagi-lagi ibu meyakinkan ku untuk mengambil kesempatan tersebut. Dan sugesti dari ibu kembali memiliki energi yang sangat besar dan berhasil merubah pikiranku untuk mengambil kesempatan itu.

3 hari telah berlalu, berarti inilah waktu ku untuk membawa nama baik kampusku. Dalam kompetisi tersebut diikuti 50 universitas di Indonesia. Kompetisi berlangsung sangat alot. Saingan terberat saat itu adalah universitas dari Jogja. Dan benar kelompok kami masuk ke babak final. Debat berlangsung sangat lama. Masing-masing tetap berusaha mempertahankan argumennya. Pemimpin debat dari kelompok lawan terlihat sangat berpengalaman sedangkan aku baru 2 kali menjadi ketua kelompok dalam lomba debate. Kebetulan kelompok ku terdiri dari 3 orang perempuan dan kelompok lawan terdiri dari 3 laki-laki. Aku sangat benci dengan cara ketua debate itu dalam menanggapi argumen dari kelompok ku. Deny nama ketua kelompok tersebut menjawab dengan wajah yang sombong dan nada bicara keras. Tapi anehnya teman-teman yang mendukungku sangat tertarik dengan wajah Deny yang menurutku biasa-biasa saja. Singkat cerita, akhirnya kami harus berlapang dada karena berhasil dikalahkan oleh regu Deny. Dengan muka yang menurutku dibuat-buat, Deny naik ke atas panggung untuk menerima hadiah sebagai juara debate competition.

Keesokan harinya ketika aku tiba di kampus ternyata teman-teman sekelas memberiku ucapan selamat atas kemenanganku juara 2 dalam debate competition tersebut. Tak ketinggalan Rio dan Sinta yang ikut meberikan ucapan selamat padaku. Tapi semua ucapan itu tak cukup membuatku merasa bahagia karena belum ada ucapan dari pangeran yang sesungguhnya entah siapa itu. Setiap hari aku berharap dapat dipertemukan dengan pangeran yang selalu ibu ucapkan setiap pagi. Tapi aku rasa percuma karena sudah 6 bulan lebih pangeran yang aku mau tak kunjung datang.

Hari-hari ku lalui dengan begitu saja. Dari mulai bangun samapi tidur tidak ada yang membuatku merasa bahagia. Keadaan itu membuatku untuk mengisi waktu dengan belajar dan meraih cita-cita seperti apa yang ibu inginkan dari aku. Dengan mendengarkan radio malam itu ku coba memulai aktivitas belajarku di malam hari. Sambil memakai headset ku mendengarkan radio yang memutarkan lagu-lagu pop terbaru. Samar-samar ku mendengar ada yang mengetok pintu kamarku. Aku langsung melepas headset ku dan berusaha mendengarkan suara ketukan pintu kamar. Dan ternyata benar ibuku sedang memanggilku dari luar pintu kamarku. Ibu menyuruhku untuk berpakaian rapi dan menuju ke ruang tamu. Sepertinya ada tamu penting  sehingga aku harus turut menemui tamu tersebut. Setelah sedikit merapikan pakaian dan wajahku, aku segera menuju ruang tamu sesuai apa yang diperintahkan ibu. Ketika sampai diruang tamu aku melihat ada 4 orang tamu yang sepertinya tidak aku kenal. Aku melihat salah satu tamu tersebut yang wajahnya seperti tidak asing lagi. Sambil terus mengingat sesosok pria yang sedang bertamu tersebut, tiba-tipa aku teringat dengan sesosok wajah yang dulu pernah menjadi lawanku perlombaan debate beberapa bulan lalu.

Ada apa dia kemari?? Kok Deny tahu rumahku?? Dan siapa yang sedang bersamanya?? Bisikku dalam hati.

Betapa kagetnya aku setelah mengetahui maksud kedatangan Deny kerumahku. Ternyata dia ingin melamarku dan mengajakku nikah 3 bulan lagi. Dan ternyata yang bersama Deny itu adalah ibu, ayah dan adik Deny. Gugup tubuhku mengetahui kenyataan itu. Dan aku harus menjawab permintaan yang diajukan oleh Deny dan keluarga. Aku meminta waktu 3 hari untuk memikirkan hal itu dengan matang Akhirnya aku memutuskan untuk menerima lamaran itu karena aku yakin bahwa Deny adalah lelaki sejati karena tidak memberikan kesempatan pada dirinya untuk menyakiti hati perempuan yang dia cintai. Dan dia berani memutuskan untuk meminta kepada ayah dan ibu agar aku menjadi pendamping hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline