Drama Korea "The Fiery Priest" () yang tayang pada tahun 2019 menarik perhatian banyak penikmat drama korea. Disutradarai oleh Lee Myung-woo dan dibintangi oleh Kim Nam-gil, drama ini menggambarkan kisah seorang pendeta Katolik yang memiliki karakteristik emosional yang meledak-ledak, serta berbagai tantangan yang ia hadapi dalam perjalanannya untuk mengungkap kebenaran di balik kematian seorang pendeta yang sangat dihormati.
Plot Singkat "The Fiery Priest"
Drama ini mengisahkan Kim Hae-il (diperankan oleh Kim Nam-gil), seorang mantan agen NIS yang kemudian menjadi pendeta Katolik. Hae-il memiliki temperamen yang mudah meledak, sering kali sulit mengontrol emosinya, terutama ketika ia melihat ketidakadilan. Konflik berawal dari pastor Lee meninggal dunia secara misterius di jurang pegunungan.
Hal tersebut dinilai sebagai tindakan bunuh diri karena pastor Lee telah melakukan penggelapan uang amal dan melakukan pelecehan seksual terhadap jemaat Wanita. Pemfitnahan ini membuat Hae-il kesal terhadap kepolisian yang terlibat memalsukan investigasi dan menyembunyikan kebenaran.
Mengontrol Emosi Dalam Karakter Kim Hae-il
Mengontrol emosi tampak jelas dalam karakter Kim Hae-il. Sebagai pendeta diharapkan untuk menunjukkan sifat tenang dan bijaksana. Namun, berbeda dengan pastor Hae-il yang latar belakangnya sebagai mantan agen rahasia yang traumatis membuatnya mudah sekali marah terhadap situasi yang memancing emosi. Hal ini memberikan gambaran yang kompleks tentang bagaimana seseorang berjuang untuk menyeimbangkan antara profesi, trauma masa lalu, dan dorongan emosional.
1. Konflik Internal dan Perjalanan Mengontrol Emosi
Sepanjang cerita Kim Hae-il mengalami banyak konflik internal. Ia terus-menerus berjuang melawan emosi yang meledak-ledak menggunakan kekerasan saat marah dalam menyelesaikan masalah. Perjalanan Hae-il ini mengilustrasikan bagaimana emosi dapat mempengaruhi keputusan seseorang dan pentingnya pengendalian diri dalam situasi kritis.
Melalui interaksi dengan karakter lain dan berbagai situasi yang menantang, Hae-il perlahan belajar untuk mengendalikan emosinya dan menggunakan pendekatan yang lebih strategis dan tenang dalam menyelesaikan konflik. Hal ini membuahkan hasil saat Hae-il mencari informasi keberadaan saksi pada kasus pastor Lee.
Jika kita memiliki kesadaran emosi maka kita dapat mengatur emosi dengan bijaksana. Pentingnya mengelola stress, mengatasi kemarahan dan menjaga ketenangan meski dalam situasi yang mengacaukan perasaan dan pikiran.