Lihat ke Halaman Asli

Membangun Pilar kebangkitan Ekonomi Umat

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjadi pemeluk dien yang kaffah dalam ajarannya merupakan suatu kebanggaan dan menjadi suatu hal yang harus disyukuri baik yang terlahir sebagai muslim maupun yang diberi hidayah oleh Allah ‘azza wa jalla di tengah jalan. Kaffah disini menjelaskan bahwa hampir tidak ada aspek di dunia ini yang tidak diatur dalam Islam yang bersumber dari Al-qur’an dan Al Hadits. Dari mulai urusan ranjang, rumah, masyarakat, negara, ekonomi, kesehatan, politik bahkan urusan perlakuan kita terhadap dunia yang memiliki dimensi lain (re: jin).

Basis dari semua aspek yang dibahas diatas adalah berupa keyakinan, keimanan. sebagian besar tidak dibahas secara mendetail hasil apa yang bisa diperoleh jika kita menjalani Islam secara kaffah dari segi materi. Berbeda dengan pandangan orang-orang barat mengenai cara menghadapi problematika dunia yang sebagian besar dilandasi oleh rasionalitas berpikir sehingga segala sesuatu harus dibuktikan secara akal nalar dan logika, juga hasil yang dituju harus menjadi sesuatu yang kongkrit, misalnya saja profit/keuntungan materi dan kebebasan.

salah satu yang tercakup dalam bahasan Islam yang kaffah adalah “ekonomi” yang menjadi satu bahasan khusus dalam fiqh mu’amalat. Kata ekonomi sendiri pada dasarnya merupakan klasifikasi ilmu yang membahas tentang urusan rumah tangga, dalam bahasa Arab disebut dengan iqtishad. Yang perlu kita tekankan bahwa perekonomian manusia juga diatur dalam Islam secara Ilahiah, Allah menerangkan sendiri didalam al Qur’an, terutama masalah harta yang sering sekali disebut bahwa harta kita di dunia ini pada hakikatnya bukan milik kita, harta kita hanya sekedar titipan yang di dalamnya terdapat hak orang yang membutuhkan dan agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia. Yang pasti kelak akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah ‘azza wa jalla.

Masalah ekonomi adalah masalah umat, dan bukan melulu membahas permasalah kekayaan yang bisa dihitung dan diukur. sekarang peradaban barat termasuk ajaran mengenai prinsip ekonomi yang mengusung asas positifme bebas norma dan nilai sudah melanda umat Islam “Tanpa sadar”. Islam mengambil suatu tempat diantara kapitalis dan komunis dengan menghadirkan konsep keadilan, keseimbangan antara benda dan rohani. Islam juga tidak membiarkan umatnya semakin jauh dari kejayaan. Oleh karena itu, masyarakat Islami harus sama-sama mengerti apa saja yang menjadikan pembangunan umat ini terjalin secara positif.

1.PENGUSAHA DAN ORANG KAYA

Utsman ibn Affan, Abu Bakar Ash-Shidiq, Abdurrahman ibn ‘auf dan beberapa sahabat Rasulullah lainnya yang pertama kali memeluk Islam adalah orang-orang kaya. Hartanya melimpah-limpah hasil usaha berdagang, lalu Islam memanggil hati mereka dan menyerahkan seluruh hasil usahanya untuk kepentingan Islam secara Cuma-Cuma . Bisakah kita mengatakan mereka tidak rasional?, tentu saja jika dilihat dari pandangan barat ini merupakan tindakan yang tidak mengusung positifisme, yang melulu urusan pribadi (re : keserakahan) yang lebih dahulu dipentingkan.

Nah, yang menjadi poin penting disini adalah bahwa umat Islam dalam proses menuju kejayaannya perlu adanya peran pengusaha atau orang kaya sebagai aset atau modal awal dari segi finansial. Artinya jika umat Islam ingin kembali mengulangi kejayaan itu maka harus berlomba-lomba menjadi orang kaya kemudian nanti dilanjutkan dengan berlomba-lomba meng-infaq-kan hartanya untuk kepentingan Islam dan Muslimin seperti apa yang telah dilakukan oleh sahabat Radiyallahu ta’ala ‘anhum.

2.ILMU DAN PENDIDIKAN

Pendidikan punya andil besar dalam menciptakan perekonomian yang baik. Seseorang yang berpendidikan dengan yang tidak memiliki jurang pemisah yang cukup besar, karena hal ini sangat berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula produktivitasnya yang kemudian mengasilkan output dalam perekonomian, orang yang berilmu diniyah untuk mendekatkan dirinya kepada ketakwaan juga ditingkatkan derajatnya oleh Allah ‘azza wa jalla. Pendidikan yang rendah akan menjadikan rantai kemiskinan terus terhubung dan menimbulkan kejahilan mengenai sifat dan kuasa Rabbnya . maka pemutus antara kita umat Islam dengan kemiskinan bisa dimulai dari pendidikan dan peningkatan kualitas SDM.

3.INVESTASI DAN MENABUNG

Investasi dalam definisinya adalah mengalihkan pendapatan untuk konsumsi di masa sekarang ke dalam bentuk usaha yang diharapkan hasilnya bisa diperoleh dan dipetik di masa yang akan datang. Umumnya investasi adalah kegiatan yang menjurus kearah perolehan keuntungan yang lebih besar dengan mengorbankan konsumsi di masa sekarang. Tentunya kegiatan investasi ini merupakan hal yang sangat memberikan banyak manfaat baik kita sebagai pemilik modal maupun si penerima modal. Kasus yang terjadi belakangan ini menjadikan kegiatan investasi menjadi hal yang sangat ditakuti karena resikonya sangat besar, karena tidak semua investasi itu menghasilkan justru malah bisa dikatakan lebih dekat kepada perbuatan judi karena didalamnya ada unsur permainan riba.

Kita kembalikan kepada definisi awal bahwa investasi itu merupakan konsumsi yang tertunda, hasil jerih payah kita dari bekerja kita sisihkan sebagian lalu dialokasikan untuk Investasi akhirat. Kita tunda konsumsi untuk urusan dunia kita untuk nanti di akhirat kita tunai apa yang telah kita tunda di dunia berupa infaq dan shadaqah. Dan bukan berarti kita tidak berinvestasi untuk urusan dunia, lebih baik harta lebih yang kita peroleh disalurkan untuk usaha yang lebih menghasilkan ketimbang dihabiskan saat itu juga.

Musthafa Akhyar

Ketua Mahasiswa Pecinta Islam Semarang

085769674966 | musthafaakhyar@live.com

Universitas Diponegoro

Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline