Lihat ke Halaman Asli

Danang Arief

TERVERIFIKASI

baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

3 Metode Efektif untuk Mengubah Perilaku Masyarakat

Diperbarui: 19 Februari 2022   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perilaku yang diharapkan, menggunakan masker di tempat umum. Gambar oleh iqbal nuril anwar dari Pixabay

Di tengah naiknya kasus covid-19, pernahkah Anda jumpai pedagang makanan, pejalan kaki, pengendara motor atau tukang parkir misalnya yang tidak menggunakan masker? Jawaban kita semua mungkin sama.

Lalu, kenapa sebagian patuh terhadap protokol kesehatan dan sebagian lainnya tidak?. Bergeser pada fenomena lain. Pada umumnya bahaya merokok sudah disadari. Pemerintah pun telah berupaya mengedukasi. Namun kenapa jumlah perokok tetap saja tinggi?.

Sejenak kita berkunjung ke gedung-gedung perkantoran. Apakah anda mempunyai rekan kerja, bawahan atau mungkin atasan yang ingin Anda ubah perilakunya?. Jawabannya mungkin iya. Namun, tidak mudah bukan mengubah perilaku orang lain?

Pada umumnya, metode yang digunakan untuk mengubah perilaku adalah dengan arahan atau perintah. Memberitahu apa yang harus atau yang tidak boleh dilakukan. "Gunakan masker", "jauhi kerumunan", "dilarang merokok", misalnya. Namun, arahan tidak begitu efektif didalam mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan (long lasting)

Sebagai manusia kita ingin merasa bahwa kitalah yang mengontrol pilihan hidup kita, bukan orang lain. Oleh karena itu, biasanya kita tidak dengan mudah menerima masukan. Pada saat beli baju misalnya. Teman Anda mengatakan, " eh baju yang ini cocok banget buat kamu". Apakah Anda langsung menerima pendapatnya begitu saja?

Berikut ini adalah tiga metode yang dapat Anda terapkan untuk mengubah perilaku orang lain. Tidak dengan arahan atau perintah, namun dengan kesadarannya sendiri. Lebih tepatnya, agar mereka mempersuasi diri mereka sendiri.

1. Perlihatkan adanya gap antara pikiran dan perilaku

Secara psikologis, setiap orang berusaha agar diri mereka konsisten secara internal. Mereka ingin agar pikiran dan perilakunya sinkron. Dengan menunjukkan adanya ketidakselarasan antara dua hal tersebut, akan mendorong mereka untuk memperbaikinya.

Contoh menarik penerapan prinsip ini ada di negeri Gajah Tutih. Kementrian Kesehatan di sana menggunakan pendekatan ini pada kampanye anti rokok.

Begini kurang lebih eksperimennya. Seorang anak kecil mendatangi seseorang yang sedang merokok di pinggir jalan. Anak itu membawa rokok di tangannya dan hendak meminjam korek api. Sang perokok tentu saja, menolaknya.

Dari serangkaian percobaan, banyak perokok yang bahkan menasehati anak kecil tersebut perihal bahaya dari rokok. Sebelum pergi meninggalkan sang perokok, anak kecil itu menyerahkan kertas kecil berisi tulisan: "Kamu khawatir terhadap aku? tapi kenapa tidak terhadap dirimu sendiri?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline