Lihat ke Halaman Asli

Mustaqim Ode Musnal

Saya seorang yang sedang belajar

Pendidikan Politik Pasca Rilis Kabinet Jilid 2 Jokowi

Diperbarui: 24 Oktober 2019   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kisah PRABOWO SUBIYANTO (PS) yang akhirnya MASUK KABINET jilid II Presiden JOKOWI meskipun menjadi lawan tarung pada saat kontestasi Pemilihan Presiden sebanyak 2 kali menjadi sorotan public memantik keriuhan. Muncul berbagai berbagai pandangan atau tanggapan baik didunia maya maupun dunia nayata. Tidak hanya pada elit politik yang selama ini bersebenrangan dengan haluan POLITIK GERINDRA yang merupakan Partai Prabowo tetapi juga pada masyarakat akar rumput penghuni watung kopi.

Teranyar, realawan JOKOWI yang tergabung dalam Relawan Pro Jokowi (Projo) yang dikenal militant dalam mengkampanyekan Jokowi bahkan sejak mencalonkan diri sebagai Gubernur DKi Jakarta menyatakan membubarkan diri karena kecewa dengan masuknya PS dalam jajaran Kabinet JIlid II JOkowi

Tak ketinggalan, jagad media social telah menempatkan PS sebagai sosok yang paling diperbincangkan oleh Netizen pasca pengumuman susunan Kabinet JILID II Presiden Jokowi mengalahkan perbincangan tentang Nadiem Makarim sebagai Menteri termuda yang sebelum dilantik menjadi menteri, menjabat sebagai CEO Gojek.

Namun analisis konten media menunjukan perbincangan public untuk PS cenderung 'negatif" yakni mempertanyakan masukanya Kader GERINDRA terutama PS sebagai Ketua Umum di Kabinet Jilid II Jokowi sebaliknya perbincangan tentang Nadiem Makarim cenderung posiitf.

Bagimana tidak, Prabowo tidak hanya sekedar lawan politik JOKOWI saat PILPRES bahkan pada 2 periode berturut -- turut tetapi juga, ia seolah telah menjadi representatif SOSOK penting perlawanan terhadap rezim JOKOWI, yang juga dilekatkan sebagai representative perlawanan sebagian gerakan Islam.

Kontestasi ini, kemudian berimplikasi luas yakni terbelahnya masyarakat akar rumput, bahkan residunya masih nampak sampai saat ini meskipun para elit politiknya telah bermesraan. Karena itu, tidak berlebihan manakala masuknya PS pada Kabinet JOKOWI Jilid II, cukup mengagetkan bagi sebagian orang yang memahami politik dalam konteks ideal, hitam -- putih terutama masyarakat bawah yang terlanjur terbelah saat kontestasi Pemilihan Presiden. Karena faktanya, mesranya elit politik tidak serta merta mencerminkan bersatunya masyarakat akar rumput. Dan ini adalah salah satu tantangan Rezim ini.

Kisah PS yang menjadi lawan kemudian berubah menjadi kawan bahkan mendapatkan tempat terhormat (menurut PROJO) nampaknya bertolak belakang dengan Kisah Yusril Ihza Mahendra (YIM). Pada saat pencarian koalisi PILPRES, Partai PBB yang ia pimpin menjadi perserta akhir digerbong koalisi Jokowi -- Maruf meskipun tidak sangat menentukan. Dukungan ini disampaikan setelah Rapat Koordinasi Nasional PBB yang berlangsung di Ancol, Jakarta pada Minggu (27/1/2019).

Keputusan itu diambil setelah merasa tak ada titik temu dengan gerbong koalisi Prabowo -- Sandi meskipun pada peresmian secretariat bersama (SEKBER) partai pendukung Prabowo Sandi telah mencantumkan logo Partai PBB sebagai salah satu Partai Pendukung. Keputusan YIM untuk bergabung dengan Koalisi Jokowi -- Maruf tidak serta merta mendapatkan dukungan penuh kader PBB.

Pada tataran elit PPB terjadi gejolak, MS Kaban salah satunya yang menolak keputusan tersebut. Demikian pun kader akar rumput yang justeru menganggap YIM sebagai pengkhianat suara umat islam mengingat PBB merupakan salah satu partai dengan representative keislaman.

Setelah gerbong partai pendukung Pasangan Calon Preseiden dan Wakil Presiden selesai, YIM ditunjuk menjadi Tim Pengacara Pasangan Jokowi - Maruf setelah bertemu Erick Tohir sebagai Ketua Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Hotel Mulia. Dan setelah pemilihan Presiden dan wakil presiden selesai diselenggarakan, YIM menjadi sosok yang terdepan ketika Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menunjuknya sebagai Pimpinan  tim kuasa hukum untuk menghadapi sengketa Pilpres.

Peran tersebut, tentu saja sangat berkelas mengingat masih banyak pakar hukum lain dikubu Jokowi -- Maruf yang telah mendukung pasangan ini sejak awal perode pertama Presiden Jokowi. Ditengarai, ada kepentingan psikologis terkait penunjukan YIM mengingat YIM pada PILPRES 2014 menjadi Tim Kuasa Hukum pasangan PRABOWO -- Hatta yang juga saat itu menghadapi pasangan JOKOWI -- Yusuf Kalla. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline