Lihat ke Halaman Asli

Ibnu Abdillah

... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

Metamorfosis Iklan Televisi Semakin Aneh

Diperbarui: 24 Februari 2022   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tirto.Id

Iklan adalah konten wajib dalam dunia pertelevisian yang tetap paradoks.

Dulu, sebagai selingan dari program tayangan inti, iklan sangat menjengkelkan terutama ketika yang dijeda adalah acara yang ditunggu-tunggu, yang tayangnya tidak streaming setiap malam tapi setiap minggu. Waktu jeda iklan yang sangat lama, terpaksa harus dilihat dan ditunggu. Lebih-lebih, dulu tak seperti sekarang dimana tinggal pencet, channel yang disediakan bermacam-macam.

Makanya, dulu ada beberapa iklan yang menjadi masterpiece, fenomenal, dan lengket di benak penontonnya bahkan hingga sekarang. Iklan masih menjadi satu bagian dari acara atau film yang ditayangkan.

Bagi stasiun televisi, iklan adalah soal industri dan pendapatan. Semakin banyak iklan, semakin banyak mendapatkan cuan. Hidup industri televisi didapatkan dari iklan. Tak peduli penonton merasa bosan, yang penting iklan harus terus berjalan. Grade stasiun televisi pun, pada titik tertentu, bisa ditentukan oleh seberapa banyak ia mendapatkan iklan.

Bayangkan saja, Nielsen mencatat nilai belanja iklan 2020 justru naik hingga Rp229 triliun di semua media tipe media, dimana lebih dari 70% jumlah itu dikuasai oleh iklan di televisi. Bukankah ini angka yang fantastik dan menggiurkan?

Dalam industri televisi, iklan adalah permata. Berbeda dengan iklan di media cetak, media online, radio, atau media lainnya, tarif memasang iklan di telivisi harganya puluhan juta. Bahkan bisa ratusan juta saat ada acara-acara besar yang ditayangkan telivisi atau mungkin saat ambil jeda iklan di waktu primetime. Biasanya sudah disediakan paket yang bermacam-macam, bergantung pilihan dan kemampuan budget pengiklan.

Kalau sedang ada event atau siaran telivisi yang pasti mengundang banyak mata untuk menonton, sebut saja siaran olahraga, atau mungkin sinetron-sinetron yang sedang jadi primadona, harga iklannya bisa lebih menggila.

Saya tidak memiliki data sejauh mana manfaat memasang iklan telivisi itu terhadap peningkatan penjualan sebuah produk, tapi ketika masih banyak personal atau perusahaan yang menggunakannya, berarti mungkin pengaruhnya masih signifikan, setidaknya lumayan.

Masalahnya, saat ini banyak orang sebenarnya tidak menyukai iklan. Kalau jeda iklan datang, biasanya itu dilanjutkan dengan ngobrol, melakukan aktivitas lain sembari menunggu, main hape kembali, atau mungkin ganti ke channel yang tidak sedang iklan. Ada berapa orang yang anteng nontonin iklan selama beberapa menit itu tanpa berpindah ke lain fokus? Sepertinya tidak ada!

Menyadari semakin tidak menariknya iklan itulah, cara dan pola menyajikam iklan itu mengalami metamorfosis, yang pada titik tertentu terasa aneh dan sangat mengganggu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline