Lihat ke Halaman Asli

Ibnu Abdillah

... kau tak mampu mempertahankan usiamu, kecuali amal, karya dan tulisanmu!

Mentok di Wapres, Gus AMI

Diperbarui: 18 Februari 2022   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wakil Presiden terpilih Maruf Amin berpidato saat penutupan Muktamar PKB 2019 di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (21/8/2019). (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF via kompas.com)

Tulisan ini bermula dari ketidaksengajaan ketika membaca topik-topik yang menjadi perbincangan di twitter, beberapa kali hastag yang berkaitan dengan Ketua Umum PKB sekaligus Wakil Ketua DPR RI, Abdul Muhaimin Iskandar, muncul sebagai trending

Topiknya? Ya, tentu saja hastag yang berkaitan dengan copras-capres.

Sebagaimana kita tahu, sebelumnya sempat ada beberapa hastag yang menjadi trending topic di twitter seperti #GusMuhaiminPresiden2024, #GusMuhaiminCapres2024, lalu yang terbaru #LaporGusMuhaiminAja

Kedepan, sepertinya akan banyak hastag seperti ini sebagaimana terjadi pada Ganjar, Anies, atau pun yang lainnya.

Tak ada yang istimewa sebenarnya, terutama ketika kita tahu, bahwa platform twitter memang menjadi ladang terbaik untuk adu hastag, adu kekuatan secara medsos, adu isu dan topik, bahkan adu kekuatan boot alias robot. Pola yang terakhir ini, selalu ditemukan dan mudah dibaca. Tak perlu ahli untuk mengetahuinya.

Apakah trending itu natural atau ulah akun-akun ternakan? Tulisan ini tidak untuk menghakimi itu. Biarkan saja begitu, toh, ini juga agenda politik dan dilakukan oleh hampir semua yang berhasrat. 

Tapi yang jelas, kita perlu akui, bahwa PKB sudah memanaskan mesin dan kekuatan partai untuk ikut meramaikan dunia pencapresan dua tahun lagi.

Pencapresan itu seperti rimba, siapapun dan partai politik apapun berhak untuk memasukkan nama atau tokoh-tokohnya pada slot-slot yang tersedia, dan PKB secara tegas mengambil satu slot itu untuk menawarkan sosom Ketua Umum-nya.

Kita membacanya sudah sejak lama, setidaknya dimulai dari rebranding nama dari Cak Imin menjadi Gus AMI. "Cak" yang lebih egaliter, diubah menjadi "Gus". "Cak" yang ingin menjual kebaruan, kemudaan, dan kemodernan berubah menjadi "Gus" yang lebih "sakral". 

Entah apa yang melatarbelakangi, tapi jelas tidak mungkin karena primbon atau pertimbangan-pertimbangan supranatural. Secara spiritual dan kebaruan, mungkin masih masuk akal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline