Lihat ke Halaman Asli

Malaikat itu Berbaju Merah

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernahkah Anda merasakan betapa pentingnya orang-orang di sekeliling kita yang kadang tidak kita rasakan kehadirannya? Pemadam kebakaran misalnya!

Pagi itu kami sedang duduk santai di ruang tengah. Anak-anak juga sedang bermain-main. Bunda sedang melipat koran bekas, saya sendiri sedang menonton liputan mudik di televisi. Matahari belum terlalu terang, tertutup kabut pagi. Semalam memang turun hujan. Pagi itu, jam dinding baru menunjukkan pukul 08.00.

Tiba-tiba terdengar ledakan keras. Getaran karena ledakan itu terasa sampai di rumah. Respon normal, kami keluar. Mas Tigo di sebelah kiri rumah kebetulan juga lagi di halaman. "Ada ledakan Om", katanya. "Darimana ya?", kami bertanya. Sambil menunjuk ke arah taman, Mas Tigo meyakinkan bahwa ledakan itu dari arah tersebut. Terdengar lagi ledakan berikutnya.

Saya dan Mas Tigo berlari ke arah sumber ledakan tersebut. Ternyata, sebuah rumah di kompleks kami, Tamansari Bukit Mutiara Balikpapan, Blok C3 no. 12A, kebakaran. Pecahan kaca berhamburan sampai ke jalan, bahkan sampai ke halaman rumah yang di depannya. Teralis jendela ikut terlempar. Ledakan yang kami dengar tadi ternyata besar juga.

Belum banyak orang. Kami akhirnya ikut membantu. Ada yang memukul tiang listrik, pertanda ada keadaan darurat di kompleks. Yang lain sibuk cari ember. Ada pula yang datang membawa selang plastik kecil, biasanya untuk cuci mobil. Kami akhirnya sibuk menyiram air ke dalam rumah. Dalam waktu tidak lama, semua penghuni kompleks juga sudah pada datang.

Tapi ikhtiar kami kalah sama api. Dengan cepat, si jago merah itu melalap bahan-bahan rumah yang mudah terbakar. Apalagi, rumah yang kebakaran itu langit-langitnya terbuat dari siring kayu, lembaran kayu ulin atau bangkirai tipis yang kalau dibakar memang sangat mudah hangus. Ledakan-ledakan kecil dari dalam rumah masih terdengar. Mas Purwo, teman kerja saya yang kebetulan lagi libur, terlihat sibuk menyiramkan air ke dalam rumah. Badannya sudah basah kuyup. Pak Imam, RT kami, selain sibuk lari kesana kemari bawa ember dan air, dia juga menelpon. Mungkin, beliau menelpon pemadam kebakaran. Saya bersama beberapa orang warga lainnya sibuk membantu tetangga rumah kebakaran itu untuk menyelamatkan barang-barangnya. Terlihat beberapa wartawan juga datang. Mereka sibuk foto sana foto sini.

Lebih dari setengah jam berlalu. Api sudah hampir melumat seluruh rumah. Jilatan api sudah sampai ke rumah tetangga kiri dan kanan. Apinya lebih mudah lewat belakang, karena disana memang terbuka. Dan saat api sudah hampir menang, sirene pemadam kebakaran akhirnya terdengar. Tim pemadam yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga.

Dalam waktu hampir setengah jam pula, api akhirnya bisa dipadamkan. Rumah sumber api ludes semuanya. Pemadam yang turun full tim jelas sudah bekerja dengan sekuat tenaga. Mereka datang langsung dengan enam truk pemadam. Dan walaupun hanya tiga truk yang dipakai, ternyata itu sudah berhasil. Satu truk yang lebih kecil tetap disiagakan, takut kalau masih ada api susulan.

Jam 10.00 saya kembali ke rumah. Sebelumnya, kami sempat membantu tetangga rumah kebakaran itu untuk mengembalikan barang-barang mereka ke dalam rumah.

****

Kami belum jelas darimana sumber ledakan dan kebakaran itu. Tapi dari pengalaman kebakaran-kebakaran di tempat lain, kemungkinan besar dari ledakan tabung gas.

Tapi ada hal yang jelas bagi warga kompleks kami pagi itu. Ikhtiar kami yang menurunkan tim hampir ratusan orang tetapi hanya bermodalkan ember, selang plastik, bahkan ada yang bawa periuk rice cooker; hampir tidak ada gunanya. Ternyata kebakaran yang sangat mengkhawatirkan warga komplek itu "hanya" bisa ditaklukkan dengan bantuan pemadam kebakaran.

Sambil mengamati kepulan asap yang masih pekat dari dalam rumah yang terbakar itu, saya memandangi para pemadam kebakaran. Mereka adalah para malaikat penolong pagi itu. Saya membayangkan beberapa cerita tentang mereka, petugas yang bergaji kecil, tapi paling dicari saat kejadian begini. Yang paling menyedihkan, tidak jarang pula mereka dicaci maki, "kok telat banget sih?", "seandainya pemadam kebakaran bekerja dengan baik, kerusakannya tidak akan begini", "dasar tidak becus", dan lain-lain.

Saya memandangi salah seorang dari mereka yang sudah basah kuyup. Tiba-tiba terlintas sebuah tayangan televisi, seorang pemadam kebakaran tewas karena berusaha menolong seorang korban. Korbannya sendiri selamat, tetapi pemadam kebakaran itu tewas terbakar. Dia adalah seorang pejuang, seorang pahlawan.

Pagi itu saya melihat mereka lagi, di depan mata, bukan di layar televisi. Mereka datang dengan peralatan pas-pasan. Malah ada yang hanya pakai baju biasa. Membandingkan dengan pemadam kebakaran di kantor kami yang melek safety itu, mereka benar-benar memprihatinkan. Mereka tidak punya respirator, alat bantu pernapasan ketika asap mengepung daerah sekitar. Ada pula yang tidak pakai helm, saya hanya membayangkan jika mereka dijatuhi oleh kayu lapuk dari atas, mereka bisa celaka. Salah seorang dari mereka memanjat rumah tetangga untuk mencari akses ke api yang lebih baik, tetapi tangganya adalah bekas tukang bangunan yang mungkin sudah tahunan. Salah-salah, lapuknya kayu tersebut bisa mencelakakannya. Masya Allah. Kelihatannya, jika ada safety expert di kantor saya melihatnya, mungkin tim pemadam itu akan disebut nekat. Tapi saya yakin, mereka melakukan tugasnya karena ingin menyelamatkan orang lain, walau mungkin mereka mencelakakan dirinya sendiri.

Betapa sering kita melupakan malaikat penolong yang ada di sekitar kita! Oleh karena itulah, untuk para pemadam kebakaran di seluruh dunia, saya mengajak Anda yang membaca tulisan ini untuk mengingat mereka, sejenak saja. Tundukkan kepala sebentar, dan marilah kita berdoa demi keselamatan mereka. Silahkan berdoa dengan kalimat masing-masing. Dari sini saya akan mengucapkan "Amin".

Balikpapan, 2 Syawal 1430H/21 September 2009

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline