Aduh sialan, nih Si Doel anak Betawi asli, Kerjaannye sembahyang mengaji, Tapi jangan bikin die sakit hati, Die beri sekali, orang bisa mati, Anak Betawi ketinggalan zaman, katenyee......... (potongan lagu Si Doel Anak Sekolahan).
Pemaparan revolusi industri 1.0 s.d. 5.0 merupakan bagian materi yang dipaparkan oleh H. Rano Karno. Beliau juga menekankan gambaran kontekstual mengenai keterpaduan antara pendidikan vokasi dan pariwisata.
Dua sektor ini menjadi sektor kajian yang menjadi konsen dari Komisi X DPR RI dimana Bapak H. Rano Karno (selama kegiatan lebih sering dipanggil Pak Haji). Beliau mengawali pemaparan dengan menyampaikan bahwa Beliau dan tim di Komisi X sementara ini lagi menunggu finalisasi konsep untuk melakukan pengkajian mengenai RUU Revisi Sisdiknas dan RUU Pariwisata.
Urgensitas kedua Undang-Undang ini seiring dengan kondisi kontekstual saat ini. Beliau mengangkat contoh Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Pelabuhan ini merupakan program strategis nasional yang menelan dana lebih dari 43 trilyun. Lapangan dan peluang kerja tentunya memungkinan bagi masyarakat. Bidang kajian utama dari Pelabuhan Patimban adalah layanan kepelabuhanan. Pak Haji menyampaikan bahwa tidak satupun SMK sekitar Pelabuhan tersebut yang membuka program Layanan Kepelabuhanan.
Tentu hal ini menjadi sebuah ironi dalam pengembangan dan penguatan SMK. Hal ini tidak hanya terjadi di Subang. Namun beliau yang memiliki data riil mengenai kondisi SMK di Provinsi Banten. Dalam pemaparannya beliau menyampaikan bahwa hal yang sama juga terjadi di Provinsi Banten. Data bahwa tingkat pengangguran terbesar BPS disumbangkan oleh SMK bukan suatu hal yang tidak jelas atau tanpa data. Hal ini dikarenakan bukti bahwa saat beliau menjadi Gubernur, beliau mendapatkan informasi bahwa Banten banyak memiliki program keahlian Perkantoran padahal jumlah kantor di beberapa kabupaten sangat kecil.
Disinilah beliau menekankan kembali bahwa pemikiran Upskilling dan Reskilling sangat penting karena menyangkut pengembangan SDM utamanya SDM Guru. Karena sejalan dengan hal tersebut, beliau menyampaikan pula bahwa di sektor pariwisata yang ada di Indonesia juga ada beberapa tantangan yang terjadi. Indonesia memiliki banyak destinasi wisata namun kekurangan terbesarnya adalah ketersediaan SDM pariwisata yang dapat menunjang dan mendukung sektor pariwisata yang ada di Indonesia.
Dari keseluruhan pemaparan beliau, menunjukkan begitu besar semangat beliau untuk pengembangan SMK di Indonesia. Beliau menitipkan ke BBPPMPV Bisnis dan Pariwisata untuk menyiapkan masukan, usulan dan konsep untuk dijadikan kajian oleh Komisi X DPR RI. Dalam kesempatan itu pula beliau memberikan kesempatan ke beberapa peserta untuk melakukan dialog dan memberikan masukan mengenai kondisi riil yang ada di masyarakat. Tentu tidak semua SMK Bisnis dan Pariwisata dapat terwakili pada pertemuan ini. Sesuai informasi dari Dr. Akhiruddin - Koordinator Penjaminan MUTU BBPPMPV Bisnis dan Pariwisata bahwa ada 8.639 sekolah yang membuka SMK Bisnis dan Pariwisata di Indonesia. Hal ini memperlihatkan begitu besar peran SMK Bidang Bispar dan begitu pentingnya program Upskilling dan Reskilling Bidang Bisnis dan Pariwisata.
Pertemuan pagi ini sangat menarik dan peserta sangat antusias mendengarkan dialog dengan Bapak H. Rano Karno. Kondisi ini tentunya menegaskan bahwa demikian besar dukungan Komisi X DPR RI bagi kegiatan Upskilling dan Reskilling 2023 khususnya bidang Bisnis dan Pariwisata.
SMK Bisa, SMK Hebat, SMK Luar Biasa, pekik peserta di akhir sesi ini (MT-020323)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H