Lihat ke Halaman Asli

Jamban Sehat Itu Ternyata Masih Jauh Panggang dari Api

Diperbarui: 15 November 2022   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Sehat. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BUANG air besar (BAB) tidak pada tempatnya, ternyata masih banyak jadi pilihan. Aliran kali, sungai, parit, bandar, dan kolam merupakan alternatif tempat BAB sembarangan itu. Hal demikian, jelas menjadi persoalan tersendiri, karena dinilai tidak sehat dan bisa menjadi titik penularan penyakit.

Menariknya, BAB sembarangan juga menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting, atau anak-anak yang tingginya dan pertumbuhan tidak sesuai dengan usia mereka.

Dampak BAB yang tidak pada jamban sehat, lalu berpengaruh terhadap kesehatan anak-anak di bawah umur itu, dikatakan Staf Ahli Bupati Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, dr. Ermon Revlin. "BAB sembarangan berdampak terhadap kasus stunting. Itu disebabkan karena warga rentan terserang penyakit," jelasnya.

Saat ini, BAB sembarangan itu masih jadi pilihan masyarakat, khususnya di tempat-tempat pemukiman yang tidak terlalu ramai seperti pedesaan, daerah-daerah aliran sungai, dan perkampungan yang usaha rakyatnya banyak di sektor perikanan air tawar atau kolam.

Buktinya, dari pendataan dan pemantauan yang dilakukan Dinas Kesehatan Tanah Datar, di daerah itu terdapat 75 nagari atau desa. Nah, faktanya belum menggembirakan. Dari 75 nagari itu, ternyata baru dua nagari yang betul-betul terbebas dari BAB sembarangan. Selebihnya, masih jauh panggang dari api.

Untuk itu, Ermon yang pernah menjadi kepala Dinas Kesehatan tersebut menyatakan, saat ini pemerintah daerah sedang melakukan berbagai upaya, di antaranya melalui kampanye dan seruan Stop BAB Sembarangan atau SBS. 

"Capaian nagari yang stop buang air besar sembarangan atau SBS itu masih rendah. Hanya dua nagari dari 75 nagari yang 100 persen penduduknya menggunakan jamban sehat," ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Tanah Datar melalui Dinas Kesehatan setempat, menurutnya, terus berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, termasuk upaya untuk menciptakan percapaian nagari SBS yang benar-benar terbebas dari BAB sembarangan.

Upaya pencapaian nagari SBS tersebut, ucapnya, juga merupakan salah satu langkah untuk pencegahan terjadinya stunting pada balita.

"Pemkab Tanah Datar sangat mengapresiasi peran serta dan kepedulian pihak terkait dalam terwujudnya Nagari SBS, sekaligus upaya Tanah Datar dalam pencegahan stunting," tegasnya.

Saat ini, angka prevalensi stunting di Kabupaten Tanah Datar berada di angka 21,5 persen, dan perlu perhatian dari semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah daerah. Meski angka tersebut masih terbilang rendah, namun Pemkab Tanah Datar tetap menargetkan angka tersebut turun menjadi 14 persen pada 2024.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline