Lihat ke Halaman Asli

Musri Nauli

Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Melihat Wajah Angel Lelga

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat tayangan youtube wawancara Najwa Shihab dengan calon politisi Angel Lelga dalam acara “Mata Najwa” memang menarik perhatian kita. Melihat kepiawaian Najwa Shihab “memborbardir” Angel Lelga seakan-akan kita melihat Guru Sekolah Dasar yang “memaksa” anak harus mengakui karena salah menulis ejaan kata namanya. Atau apabila kita lihat didalam film televisi “law and order”, para tersangka “terdiam” ketika para penyidik mengeluarkan satu persatu bukti atau photo tentang keterlibatannya.

Sungguh. Jawaban yang diberikan akan terbantah dengan berbagai tayangan untuk memperlihatkan bagaimana sang penjawab “kesulitan” mengelak dari berbagai pertanyaan.

Jangankan Angel Lelga. Rhoma Irama “sang suami siri” Angel Lelga sendiripun “keok”. Entah memang tidak mempersiapkan bahan dengna baik atau memang “tidak menguasai masalahnya”, entah beberapa kali Roham Irama harus menelan ludahnya sendiri karena tidak mampu menjawab pertanyaan dari Najwa Shihab.

Melihat bagaimana “ganasnya” Najwa Shihab “memborbardir” narasumber, penulis sudah yakin Angel Lelga dipastikan akan “keok”. Baik karena memang jam terbang ataupun penguasaan masalah dari Angel Lelga itu sendiri yang jauh dari mumpuni, apalagi persoalan politik kontemporer yang baru dimasuki oleh Angel Lelga itu sendiri.

Berbagai ulasan sudah disampaikan. Entah yang menghujat ataupun yang mengkritik jawaban yang telah diberikan Angel Lelga.

Penulis tidak mengikuti perdebatan “siapa sebenarnya Angel Lelga”. Apakah pernah menjadi istri “siri” Rhoma Irama, pernah terlibat percecokan dengan berbagai pihak. Atau pernah membintangi film “berbau panas'. Bagi penulis itu urusan moral yang dapat dijadikan penilaian tersendiri bagi pemilih.

Bagi penulis yang penting, bagaimana tanggapan terhadap sebuah issu, bagaimana pandangan terhadap persoalan politik dan bagaimana pandangannya tentang sebuah polemik ketatanegaraan.

Karena kita membutuhkan itu semua sebelum kita memilih.

Namun yang dilupakan kita semua. Wajah parlemen adalah cerminan dari wajah politik kita. Itu didasarkan apabila para kandidat yang seperti ini “berani maju” dan ternyata nanti kemudian masuk ke senayan, maka itulah wajah sesungguhnya politik kita.

Tidak perlu argumentasi yang panjang menjadi seorang politisi. Tidak perlu kaderasi. Tidak perlu jalur yang panjang untuk menempuh jabatan sebagai anggota parlemen.

Yang penting populer, dikenal masyarakat, punya uang, rajin mengikuti acara keagamaan, rajin menyambangi ke basis dukungan. Pokoknya dengan cara-cara demikian, maka dapat dipastikan akan terpilih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline